Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bekerja sama dengan Korea Trade-Investment and Promotion Agency (KOTRA) dan Korea Midland Power Co.Ltd (KOMIPO) menyelenggarakan ajang Korea-Indonesia Start-Up Day, dengan tema ‘Boosting Future Leaders of Indonesia’, untuk mendorong start-up Indonesia agar tidak hanya berdaya saing di level nasional tapi juga di level global.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam sambutannya di Jakarta, Selasa (12/12), mengatakan pertumbuhan start-up yang begitu masif di Indonesia menjadi peluang emas dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. “Dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi dalam menjalankan bisnisnya, start-up bakal menjadi jawaban atas ketimpangan kesejahteraan yang selama ini terjadi,” katanya.
Ajang Korea-Indonesia Start-Up Day, Boosting Future Leaders of Indonesia, diikuti oleh lima start-up terpilih asal Indonesia yakni E-Has, Roomansa, Dif Marketer, Henbuk, dan Biopener. Masing-masing start-up mendapatkan modal usaha sebesar 7.000 dolar AS untuk meningkatkan kapasitas usaha.
“Start-up bukan sekadar menciptakan bisnis baru, tapi juga bagaimana menciptakan peluang mengatasi ketidaksetaraan dan memastikan setiap warga negara memiliki akses ke sumber daya dan peluang yang sama,” ujar MenKopUKM.
MenKopUKM Teten Masduki menambahkan, Indonesia diuntungkan dengan populasi penduduk yang begitu besar dan didominasi oleh generasi Z yang sangat kreatif dan inovatif. Sementara jumlah pengguna internet di Indonesia juga mencapai 212 juta.
Di sisi lain Indonesia juga memiliki potensi pasar bagi ekonomi digital yang mencapai Rp5.400 triliun di tahun 2030. Dengan kelebihan ini, Indonesia menjadi salah satu pasar yang prospektif bagi pengembangan bisnis start-up di era digital seperti saat ini.
“Kita patut bersyukur bahwa kita memiliki populasi anak muda yang mendominasi generasi yang selalu aktif dan kreatif dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menghasilkan bisnis model inovatif yang berkarakter konsolidator serta akselerator bagi pengusaha lainnya,” ucap Menteri Teten.
Sebagai upaya pengembangan ekosistem bisnis start-up, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kolaborasi lintas sektor seperti yang telah dilakukan antara KemenKopUKM, KOTRA Jakarta, dan KOMIPO. Selain itu juga perlu upaya untuk memastikan terlaksananya pendidikan dan pelatihan.
“Mendorong inovasi dan teknologi, meningkatkan keadilan dan kesetaraan serta membangun kerja sama regional dan global,” kata MenKopUKM Teten Masduki.
Pada kesempatan yang sama, Executive Vice President of KOMIPO, Kim Dong Jun mengatakan, KOMIPO saat ini telah memperluas program sosial dan menjangkau bisnis start-up di Indonesia untuk pembangunan berkelanjutan dan kerja sama antara Korea dan Indonesia.
“Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk mendukung perusahaan start-up di sini hari ini. Kami yakin perusahaan-perusahaan ini akan semakin berkembang dan menjadi salah satu penopang besar perekonomian Indonesia,” kata Kim Dong Jun.
Keberadaan, KOMIPO di Indonesia kata Kim Dong Jun, tidak hanya sekadar untuk menjalankan bisnis, namun juga mendukung pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Senada disampaikan Director General of KOTRA Jakarta, Lee Janghee, yang mengatakan, sejak tahun 2018 KOMIPO telah turut membantu mengembangkan pelaku UMKM di Indonesia, salah satunya Koperasi Serikandi di Sumatra dan Koperasi Kopi Wanita Gayo di Aceh.
“Tahun ini adalah tahun yang istimewa. Kementerian Koperasi dan UKM, KOMIPO, dan KOTRA telah sepakat memulai tahap baru dalam mendukung start-up di Indonesia. Saat ini Indonesia menempati posisi ke-4 secara global dan berada di tingkat pertama di Asia Tenggara,” ujar Lee Janghee.
Lebih jauh, kami ingin mendorong start-up Indonesia ke tingkat pengembangan ekonomi berikutnya, sangat penting untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam menghadapi tantangan pasar.
“Kami dengan sepenuh hati berkomitmen menjadi teman bagi start-up Indonesia menuju ke arah kesejahteraan ekonomi yang lebih baik. Kami percaya dengan kerja sama ini akan mendorong kedua negara ke puncak yang lebih tinggi,” kata Lee Janghee.
Co Founder & CEO Dif Marketer, I Made Prasetya Wiguna Mahayesa, mengapresiasi pelaksanaan Korea – Indonesia Start-Up Day tersebut. Sebagai satu-satunya peserta difabel yang mengikuti ajang ini, I Made mampu menunjukkan inovasi teknologi anti pemalsuan sebuah produk yang beredar di pasaran. Dengan menggunakan software dan hardware yang diciptakannya, masyarakat akan semakin mudah mengetahui barang-barang asli atau palsu yang banyak beredar di pasaran.
“Terima kasih kepada pemerintah khususnya KemenKopUKM, KOTRA, dan KOMIPO atas acara ini. Saya sangat senang dan tidak percaya bisa masuk tahapan ini karena dalam ajang ini saya satu-satunya difabel yang masuk nominasi,” kata I Made.
Dengan perolehan dukungan pembiayaan tersebut, I Made berencana mengembangkan aplikasi dan memperluas kerja sama dengan mitra usaha. Selain itu dana yang diraihnya akan digunakan sebagai tambahan modal kerja demi pengembangan skala usaha agar semakin banyak kaum difabel yang bisa direkrutnya.
“Terkait penggunaan kapital 50 persen untuk pembangunan aplikasi karena kita masih dalam tahap pengembangan, lalu 30 persen untuk pemasaran business to business, dan 20 persen untuk modal kerja. Ke depan kita akan mengoptimalkan teman-teman difabel untuk memasarkan atau menjadi konten kreator,” kata I Made.