Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) mendukung inisiatif serta inovasi Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah bersama Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) yang meluncurkan Gerakan Nasional Ikatan Saudagar dan Wirausaha Aisyiyah (ISWARA) khususnya bagi para pelaku UMKM perempuan agar berdaya saing sekaligus mampu mendongkrak rasio kewirausahaan nasional.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, saat ini Pemerintah sedang menyiapkan Indonesia menjadi negara maju, salah satunya dengan menambah jumlah wirausaha. Inisiatif PP ‘Aisyiyah diharapkan mampu berkontribusi dalam mendorong rasio kewirausahaan yang saat ini baru di angka 3,47 persen.
“Untuk menjadi negara maju, rasio kewirausahaan minimal 4 sampai 12 persen. Di-launchingnya ISWARA, diharapkan dapat melahirkan ide-ide dan inovasi baru untuk ‘Aisyiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang fokus terhadap pemberdayaan perempuan,” ucap MenKopUKM Teten Masduki dalam sambutannya sekaligus meluncurkan Gerakan Nasional dan Seminar ISWARA bertajuk ‘Ekonomi Digital Berdayakan Wirausaha Perempuan,’ di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (Unisa), Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (27/10).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PP ‘Aisyiyah Dyah Suminar, Rektor Unisa Warsiti, didampingi Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo.
MenKopUKM mengatakan, dengan jumlah anggota yang besar (kurang lebih 20 juta) dan telah mendirikan ratusan koperasi, ‘Aisyiyah harus mampu menjadi enabler untuk menumbuhkan wirausaha baru dengan menambahkan fungsi closed loop inkubasi kepada para pelaku UMKM.
Menurut Teten, peluang perempuan di sektor UMKM sangatlah besar dan perlu dioptimalkan. Mengingat, saat ini sekitar 64 persen pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan.
Kemudian, persentase pengusaha perempuan di Indonesia mencapai 21 persen dan di atas rata-rata global yang hanya mencapai 8 persen (The Sasakawa Peace Foundation & Dalberg, 2020).
Bahkan dari riset Shopee 2020, perempuan lebih gesit dan antusias dalam menangkap peluang dengan 34 persen perempuan di antaranya telah mampu mendiversifikasi produk/layanannya sementara laki-laki hanya 23 persen.
“Pertumbuhan transaksi harian pelaku UMKM perempuan juga lebih tinggi dibandingkan pelaku UMKM laki-laki sebesar 18 persen. Dan, perempuan generasi Z memiliki omzet tertinggi selama pandemi yakni 13 persen. Maka dari itu, ‘Aisyiyah haruslah menjadi motor penggerak Ekonomi Syariah,” katanya.
Dikatakan Menteri Teten, posisi Indonesia saat ini masih kalah dari Malaysia yang menjadi peringkat pertama di pasar halal dunia. Kekuatan Indonesia sebagai muslim terbesar di dunia, sebanyak 13 persen dari total populasi dunia, dan pengeluaran lebih dari 218 miliar dolar AS di semua sektor Industri dan Jasa Halal harus dioptimalkan sebaik-baiknya.
Pemerintah kata MenKopUKM, mencanangkan Indonesia sebagai menjadi pusat ekonomi syariah pada 2024, melalui komite nasional ekonomi dan keuangan syariah. Pemerintah juga telah menyusun strategi ekonomi dan keuangan syariah sejak tahun 2020.
Di antaranya pengembangan Industri Halal, penguatan Sektor Keuangan Syariah, pengembangan Dana Sosial Syariah, pengembangan Kegiatan Usaha Syariah, dan penguatan Ekosistem Ekonomi Syariah.
Lebih jauh Teten menekankan, pada 2025, Indonesia diprediksi menjadi kekuatan ekonomi terbesar dunia setelah AS, China, dan India. “Hal itu sudah dibuktikan saat COVID-19, kita termasuk negara dengan penanganan COVID-19 dan ekonomi yang lebih cepat pulih dengan biaya yang tak sebesar dibandingkan dengan negara lain. Pemerintah tak hanya mampu mengelola kesehatan tetapi juga ekonomi dan sektor lainnya,” ucap MenKopUKM.
Untuk itu, ia meminta agar para pelaku UMKM dikonsolidasikan dan diagregasikan sehingga skala ekonominya dapat tetap efisiensi dan ekonomis.
Bagi KemenKopUKM untuk naik kelas misalnya sebut Teten, di sektor pertanian, upaya konsolidasi dilakukan bersama petani dengan membentuk korporatisasi petani maupun nelayan.
“Insya Allah sampe akhir tahun, Indonesia masih bisa tumbuh 5,3 persen. Bahkan di kuartal II tahun 2022 pertumbuhan ekonomi kita sampai 5,44 persen. Salah satunya ditopang oleh kekuatan ekonomi mikro perempuan. Jadi kekuatan emak-emak ini tak bisa disepelekan,” ucap Menteri Teten.
Ia juga berpesan, agar usaha mikro tak bisa selalu kecil dan hanya berpikir memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, namun untuk ekonomi nasional.
“Peran universitas juga sangat penting untuk revolusi kewirausahaan. Yang tadinya produk UMKM monoton, sekarang bisa berevolusi menjadi produk yang lebih inovatif berbasis teknologi dan kreativitas dan masuk ke ekosistem digital,” ucapnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini menyampaikan, munculnya ISWARA sebagai ikhtiar dari PP ‘Aisyiyah dalam sisi ekonomi. “Kami ingin mengokohkan ikhtiar sinergi meng-collect seluruh kekuatan melalui sebuah badan yaitu ISWARA. Ini penting menjadi kekuatan gerakan ekonomi di bawah,” ucapnya.
Siti Noordjannah mengatakan, untuk mencapai tujuan menjadi negara maju dan wirausaha yang mapan, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Karena menurutnya, sangat mungkin Indonesia menjadi lompatan dengan kekuatan ekonomi yang besar, jika seluruh komponen dan kekuatan ekonomi disinergikan salah satunya melalui ‘Aisyiyah.
Rektor Unisa Warsiti menambahkan, Unisa sangat terbuka untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai organisasi, lembaga swasta lainnya maupun Pemerintah dalam memajukan bangsa.
“ISWARA hadir menjadi wadah untuk merekatkan jejaring usaha yang saat ini sudah berkembang di ‘Aisyiyah di 39 titik dan sebanyak 3.092 alumni yang tersebar. Diharapkan kehadirannya senantiasa memberikan keberkahan,” katanya.