Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengajak para talenta kreatif Indonesia termasuk mereka yang sudah berkarir di dunia digital tingkat internasional untuk bersama-sama mengelola potensi ekonomi digital di Tanah Air.
MenKopUKM Teten Masduki dalam acara Demoday Inkubasi Usaha bertajuk, Connecting Pentahelix, Build Networking, dan Infuse Smart Solution Technology to The Society di Denpasar Selatan, Bali, Sabtu (12/11), mengatakan perlunya menggarap sektor ekonomi digital di Indonesia mengingat potensinya yang diproyeksikan bisa mencapai Rp4.531 triliun pada 2030.
“Ini tantangan bagi kita. Sebelumnya kami telah membicarakan dengan Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, kuncinya bagaimana Indonesia mampu melahirkan talenta digital. Baik talenta digital dunia yang didatangkan ke Indonesia atau pun talenta Indonesia di tingkat dunia. Bukan hanya diasporanya saja tapi juga talentanya,” kata MenKopUKM Teten Masduki.
Hadir pula dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah, Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Bali I Wayan Ekadina, dan Rektor Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Dadang Hermawan.
MenKopUKM mengatakan, harus diakui banyak industri e-commerce yang ada saat ini memanfaatkan tenaga talenta digital dari India.
“Ke depan kita harus punya target apalagi ternyata selama ini Bali menjadi tempat tinggalnya talenta dunia. Karena laporan dari idEA (Indonesian E-Commerce Association), talenta digital dunia tinggal di Bali. Ini harus kita lacak karena mestinya mereka bukan hanya tinggal tapi bisa membangun ekosistem digital kita. Saya kira ini menjadi target kita terkait dengan kekuatan ekonomi digital,” kata Teten.
Ia menegaskan, market Indonesia memang sangat besar. Terbukti dengan capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022 yang tumbuh 5,7 persen dan konsisten di kuartal II sebesar 5,4 persen. Banyak lembaga dunia memprediksi Indonesia pada 2045 menjadi empat kekuatan ekonomi dunia setelah AS, China, dan India.
“Di era digital, saya kira para talenta digital seperti startup hadir dengan semangat untuk menjadi pemenang. Kita tidak boleh punya mental nomor dua. Karena kita akan menjadi empat leader dunia. Mental kita harus disiapkan. Mental mau kalah harus dibuang,” kata MenKopUKM.
Dalam kaitannya dengan UMKM kata Menteri Teten, pihaknya memiliki program untuk melibatkan kampus dalam melakukan evolusi UMKM, salah satunya dengan pengembangan produk UMKM berbasis kreativitas dan teknologi.
Kalau soal kreativitas kata Teten, Indonesia bisa dikatakan sangat unggul. Sebab, Indonesia memiliki kekayaan alam yang mampu menjadi inspirasi dalam menciptakan kreasi produk apa pun. “Saya melihat ada beberapa kampus di luar negeri yang menjadi penggerak evolusi UMKM baik kualitas produk dan lainnya. Ada di Korea, Inggris, dan lainnya. Coba kita pelajari bagaimana mereka menjadikan kampus untuk mendorong evolusi UMKM,” ujarnya.
Bukan cuma itu, evolusi UMKM juga penting dalam upaya menaikkan target persentase kewirausahaan, yang saat ini baru 3,47 persen dari total UMKM 64,2 juta. Bahkan sekitar 60 persen di antaranya masih menjadi ekonomi subsisten.
“Minimum bisa menjadi negara maju harus 4 persen, rata-rata negara maju itu persentasenya mencapai 12-14 persen. Singapura saja sudah 8,6 persen, Malaysia dan Thailand di atas 4 persen. Makanya kita punya program kewirausahaan, di mana angkanya kita perlu menambah 1 juta wirausaha baru sampai 2024,” kata MenKopUKM.
Terakhir, target digitalisasi tahun 2024, diharapkan 30 juta UMKM sudah onboarding ke layanan digital, yang saat ini baru mencapai 20,5 juta. “Sudah banyak aplikasi-aplikasi baru yang bagus dan memberikan ruang bagi UMKM yang tidak bisa mengakses digital, maka dibantu ke market yang lebih besar lagi. Saya kira ini cukup positif. KemenKopUKM pun sudah dua kali menyelenggarakan ajang Pahlawan Digital 2020, yang tujuannya untuk mengembangkan inisiatif baru,” katanya.
Pengembangan Startup
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Dadang Hermawan menambahkan, ia berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta melakukan hilirisasi dalam bidang teknologi, salah satunya pengembangan startup.
“Jumlah mahasiswa kami ada sekitar 6 ribu orang. Lebih dari 70 persen dari Bali, dan sekitar 30 persennya di luar Indonesia, seperti Jepang, Jerman, dan sebagian lainnya dari Timur Leste,” katanya.
Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan, bisnis startup di Indonesia berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun belakangan. Meski demikian, ada sejumlah permasalahan yang dihadapi perusahaan rintisan tersebut.
Berdasarkan hasil riset Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) pada tahun 2021, sebanyak 34,1 persen persoalan utama adalah modal.
Sebesar 13,3 persen mengalami masalah regulasi, dan 12,9 persen menghadapi masalah pasar, sebanyak 12,3 persen startup di Indonesia memiliki masalah strategi, 18,7 persen menyatakan akses sumber daya manusia (SDM) menjadi permasalahan utama mereka, dan 8,8 persen memiliki masalah terkait fasilitas.
“Berdasarkan hasil riset tersebut, program Peningkatan Kapasitas Startup tahun 2022 menjadi salah satu upaya Pemerintah melalui KemenKopUKM, dalam membantu pembinaan dan pengembangan startup di Indonesia yang melibatkan Lembaga Inkubator di daerah sebagai mitra dalam implementasi programnya,” kata Azizah.
Menindaklanjuti arahan MenKopUKM pada Rapat Koordinasi Bidang Koperasi dan UMKM tahun 2021 yang lalu di Yogyakarta, ada tujuh target KemenKopUKM di tahun 2024, meliputi peningkatan kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 65 persen, peningkatan kontribusi koperasi terhadap PDB menjadi 5,5 persen, dan peningkatan kontribusi ekspor UMKM menjadi 17 persen.
Selain itu menargetkan akan melahirkan 3500 startup berbasis teknologi dan informasi, melahirkan 500 koperasi modern, menjadikan lebih dari 10 juta usaha mikro bertransformasi ke sektor formal, dan peningkatan rasio kewirausahaan menjadi 4 persen.
Lalu, dengan terbitnya Perpres Nomor 2 Tahun 2022, tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024, Peraturan ini bertujuan untuk melahirkan sebanyak-banyaknya wirausaha muda yang produktif dan kreatif, menghasilkan UMKM Indonesia yang inovatif, kompetitif, siap dan tangguh baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri untuk menyiapkan Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045.
Adapun rangkaian dari pada program Peningkatan Kapasitas Startup tahun 2022 ini meliputi, Kurasi Lembaga Inkubator, Seleksi Tenant, Bootcamp, Coaching Clinic, Workshop, Mentoring dan Monitoring, serta Demoday.
Selain itu, dalam Peningkatan Kapasitas Startup tahun 2022, dari target 100 Startup telah terjaring sebanyak 125 Startup yang berasal dari tujuh mitra Lembaga Inkubator yaitu, Inbistek STP-Universitas Andalas (15 Startup), Skystar-Universitas Multimedia Nusantara (16 Startup), Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi-Institut Pertanian Bogor/IPB (15 Startup), Oorange-Universitas Padjajaran (18 Startup), Inbistek Technopark-UPN Veteran Jawa Timur (23 Startup), IBISMA-Universitas Islam Indonesia (22 Startup), dan Inkubator Bisnis-STIKOM Bali (16 Startup).