Smesco Indonesia menyediakan solusi perluasan bisnis makanan bagi pelaku UMKM kuliner dengan menggandeng Skyeats meluncurkan Smesco Skyeats yang menyediakan fasilitas pengintegrasi dapur dengan teknologi retort untuk makanan sehingga produk tetap awet untuk dipasarkan ke pasar yang lebih luas.
“Integrasi dapur bersama dengan teknologi retort memungkinkan para pelaku UMKM Indonesia agar bisa memiliki produk makanan yang bisa disimpan pada suhu ruang hingga 12 bulan, tanpa bahan pengawet. Sehingga produk tidak lagi dibatasi oleh waktu dan jarak, yang artinya para UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas,” ucap Direktur Bisnis & Pemasaran Smesco Indonesia Wientor Rah Mada di Jakarta, Kamis (9/3).
Retort sendiri merupakan proses sterilisasi makanan yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sterilisasi makanan yang sudah ada saat ini yaitu pengalengan dan pasteurisasi.
Skyeats menggunakan kemasan pouch dalam melakukan sterilisasi retort yang lebih fleksibel dan memungkinkan untuk diisi dengan aneka produk yang berdimensi besar seperti ayam, ikan, dan olahan lainnya.
Dengan adanya proses ini, produk makanan dari Sumatera yang sudah diproses oleh mesin retort tidak lagi menjadi hambatan untuk dipasarkan di Papua. Diharapkan akan muncul banyak varian produk tematik, yang dulunya hanya bisa dikonsumsi di tempat, sekarang dapat dinikmati kapan pun, di mana pun.
Dengan lebih banyak varian produk dan kemudahan untuk mendapatkannya akan membuat pasar mengkonsumsi dan menumbuhkan nilai ekonomi bagi UMKM.
Seiring dibukanya layanan Skyeat tersebut, Smesco Indonesia berharap bisa melihat pertumbuhan ekonomi dan kualitas produk makanan UMKM Indonesia yang signifikan dalam 3 tahun mendatang.
Di tempat yang sama, CEO Skyeats Inike Rahmawati menegaskan, dengan teknologi retort yang dapat memperpanjang durable goods produk makanan tanpa mengubah kualitas, bentuk, dan rasanya, akan berdampak pada harga jual produk UMKM yang stabil.
“Hadirnya Smesco Skyeats akan menjadi titik langkah baru bagi pelaku UMKM untuk mengubah model bisnis dan beradaptasi dengan perubahan minat pasar. Adaptasi pada perubahan efisiensi biaya produksi menjadi relevan untuk menghadapi kompetisi pasar adalah kunci untuk pelaku UMKM bisa bertumbuh,” ucap Ineke.