Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Rulli Nuryanto mengatakan generasi muda masa kini dan beberapa tahun ke depan menjadi kelompok mayoritas penduduk Indonesia sehingga merupakan pasar potensial bagi industri batik nasional.
“Untuk bisa menggarap pasar itu, industri batik nasional harus mampu menyesuaikan dan mengikuti perkembangan selera generasi produktif tersebut, tanpa meninggalkan ciri khas-nya”, ucap Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro KemenKopUKM Rulli Nuryanto dalam acara Pekan Batik Nusantara Tahun 2022 di Kawasan Budaya Jetayu Kota Pekalongan, Rabu (5/10/2022).
Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan bekerja sama dengan Mumpuni Abhinaya Management itu menjadi upaya percepatan pemulihan ekonomi masyarakat khususnya di Kota Pekalongan akibat pandemi COVID-19.
Acara yang juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ini bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan potensi kerajinan batik dan turunannya serta mempromosikan produk-produk unggulan selain kerajinan batik seperti fashion, kuliner, serta multiproduk yang dikemas melalui pameran batik tematik, pameran multi produk, festival kuliner, serta fashion show on the truck.
Pekan Batik Nusantara tahun 2022 diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri dan membangun market prospektif baik bagi pelaku usaha maupun badan usaha dalam rangka memperluas bisnis di dalam maupun di luar negeri.
Tidak hanya itu, Pekan Batik Nusantara tahun 2022 ini diharapkan bisa memperkuat ikatan antara produsen/pengrajin batik dengan konsumennya, baik dari kota Pekalongan maupun dari luar Kota Pekalongan.
Lebih lanjut Rulli menjelaskan, sebagai bagian dari ekonomi kreatif, industri batik mempunyai potensi untuk terus berkembang, dan berbicara tentang fashion bukan lagi terkait dengan golongan masyarakat tertentu.
“Fenomena Citayam Fashion Week beberapa waktu lalu menjadi salah satu gambaran betapa fashion dan kreativitas busana sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di tingkat grass root. Hal ini tentu menjadi potensi pasar bagi usaha batik,” kata Rulli.
Terlebih lagi kata Rulli, komposisi penduduk Indonesia yang saat ini dan beberapa tahun ke depan sebagian besar terdiri dari usia muda/produktif menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri batik.
“Ini peluang karena mereka bisa menjadi target pasar produk batik. Tetapi juga diiringi dengan tantangan agar produk batik bisa menyesuaikan dan mengikuti perkembangan selera anak-anak muda tersebut, agar mereka berminat menggunakan atau memakai batik,” kata Rulli.
Rulli menambahkan, tantangan selanjutnya bagi industri batik adalah untuk bisa mendorong agar anak-anak muda di tanah air bisa mencintai seni membatik, sehingga akan tercipta regenerasi pengrajin batik dan desainer batik. “Ini tentu penting untuk menjaga kesinambungan dan pertumbuhan industri batik di masa datang,” ucap Rulli.