Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) mendukung upaya penanaman lamun, tanaman berbunga yang adaptif di berbagai salinitas termasuk air payau, sebagai aksi nyata pengembangan ekonomi masyarakat sekaligus pelestarian kawasan pesisir.
Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Riza Damanik mengatakan gerakan dan aksi lingkungan menjadi langkah konkret dalam menyelamatkan ekosistem pesisir, supaya masa depan ekonomi dan masyarakat menjadi lebih baik.
“Kita percaya kalau lautnya sehat, kalau lamunnya sehat, maka lautnya akan semakin produktif. Kalau lautnya produktif, maka ekonomi masyarakatnya juga akan semakin sehat. Hidupnya juga menjadi lebih aman dan tenang karena terhindar dari ancaman bencana,” ucap Riza dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (04/07).
Hal itu merespons penanaman 3.000 bibit lamun jenis Enhalus acoroides di Pantai Nara, Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan yang diikuti lebih dari 100 pemuda dari berbagai elemen kemasyarakatan. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dengan Bintan Resort Cakrawala, Green Initiative, Bintan Industrial Estate, Banyan Tree Bintan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji, STIE Pembangunan Tanjungpinang, Politeknik Bintan Cakrawala, Yayasan Serindit, dan Yayasan Peduli Kepulauan Riau.
“Gerakan dari para pemuda dan masyarakat ini mencerminkan kepedulian akan kesadaran konservasi atas ketidakpastian cuaca yang semakin ekstrem akibat adanya perubahan iklim,” ucap Riza.
Berdasarkan data dari Badan Energi Internasional (IEA), emisi gas rumah kaca dari sektor energi terus meningkat, yakni mencapai 36,8 gigaton pada 2022. Dimana Indonesia menempati peringkat keenam sebagai salah satu kontributor emisi karbon terbesar di dunia, dengan total emisi sekitar 691,97 juta ton CO2 pada tahun 2022.
Dengan kondisi seperti itu, puluhan pemuda dari Lamun Warrior, sebuah organisasi pemuda berbasis konservasi padang lamun di Bintan, Kepulauan Riau, mengambil aksi nyata untuk melindungi ekosistem lamun dan mengurangi dampak perubahan iklim dengan menguatkan Konsep Karbon Biru sebagai solusi inovatif melalui lamun.
Diprakarsai komunitas Lamun Warrior di bawah binaan Kampong Teripang, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan padang lamun sebagai bagian dari solusi tantangan lingkungan dan iklim saat ini.
Acara ini dibuka Co Founder Lamun Warrior Siti Nurohmatiljanah, Ketua Yayasan Kitabisa Edo Irfiani sebagai kolaborator kegiatan, dan Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Muhammad Yusuf, sekaligus meresmikan Hari Lamun Indonesia.
Co Founder Lamun Warrior Siti Nurohmatiljanah menegaskan bahwa Gerakan Menanam Lamun ini adalah inisiatif konservasi yang diprakarsai pemuda Bintan di dalam komunitas Lamun Warrior. “Kami berfokus pada pelestarian ekosistem lamun yang kaya biodiversitas dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim” ujar Siti.
Melalui gerakan ini, Siti berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem lamun sebagai Karbon Biru, habitat biota-biota laut seperti ikan, kerang, dan teripang dan mengingat lamun juga merupakan makanan bagi penyu dan dugong salah satu hewan yang terancam punah.
Siti menyoroti, dari 3 ekosistem penting di laut, jika dibandingkan dengan ekosistem mangrove dan coral, lamun belum tergarap dengan optimal potensinya. Lamun merupakan satu-satunya tanaman berbunga yang dapat hidup dan beradaptasi di berbagai kondisi salinitas dari air payau hingga tinggi.
“Selain memberikan perlindungan dan habitat bagi banyak spesies laut, lamun juga memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim,” ucap Siti.
Mengenai program Lamun Warrior, Siti menyatakan bahwa ini adalah upaya berkelanjutan yang terus berjalan. “Kami mengundang semua pihak untuk bergabung dan mendukung upaya konservasi ini. Setiap langkah kecil yang kami ambil, termasuk menanam lamun, merupakan kontribusi nyata untuk keberlanjutan Bumi,” lanjut Siti.
Siti mengajak semua pihak untuk berkolaborasi aktif dalam menjaga ekosistem lamun dan mengatasi perubahan iklim. “Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pihak yang ingin menyebarkan pesan positif untuk bumi. Bersama-sama, kita dapat menciptakan perubahan nyata dan menjaga masa depan bumi,” tutur Siti.
Pada kegiatan ini, para relawan dan peserta menerima penjelasan tentang teknik penanaman lamun dari Aidin Fitrah, Koordinator program Lamun Warrior.
Penanaman dilakukan saat air laut surut menggunakan metode seed bag, memastikan kondisi ideal sebelum pasang air kembali. Monitoring yang cermat setelah penanaman juga penting untuk memastikan pertumbuhan bibit yang optimal dan adaptasi alami di lingkungan laut.
Inisiatif ini merupakan kegiatan menanam lamun terbesar kedua di Indonesia setelah sebelumnya diinisiasi Lamun Warrior pada 28 Oktober 2023. Berdiri pada Hari Lamun Sedunia, 1 Maret 2020, Lamun Warrior telah tumbuh menjadi komunitas yang mendorong keterlibatan global dalam pelestarian ekosistem Bumi. Motto mereka, “Seagrass Prosperity,” menguatkan pesan #NoSeagrassNoFuture.
Pengetahuan dan Pengalaman
Cantika, salah satu relawan dari Voluntourism Warrior 2024, menyatakan kegembiraannya mendapatkan pengetahuan baru dan pengalaman praktis dalam konservasi lingkungan. “Mempelajari tentang lamun dan berpartisipasi dalam kegiatan menanam lamun pertama kali sungguh menyenangkan. Terima kasih, Lamun Warrior,” ujar Cantika.
Dukungan penuh juga diucapkan Said Sudrajat selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau berharap kepada semua pihak berperan aktif dalam pelestarian ekosistem laut termasuk lamun “Semoga nanti kegiatan ini terus kita laksanakan tidak hanya bersifat seremonial, dan sifatnya nanti akan kita jadikan kebiasaan sehari-hari” ujar Said.
Setelah penanaman yang berlangsung sekitar 1 jam, para peserta Gerakan Menanam 1000 Lamun bersama-sama membersihkan pantai dengan mengambil serasah lamun kering yang ada di pantai.
Kegiatan dilanjutkan dengan launching product SULAM (Sutra Lamun) yang diharapkan dapat menjadi cikal bakal industri fesyen yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
SULAM merupakan produksi benang dari serasah lamun kering yang dibuat menjadi produk feysen bekerja sama dengan pemuda lokal dan ibu-ibu pesisir untuk memproduksinya melalui program Bank Lamun yang diinisiasi oleh Lamun warrior.
Lamun kering yang sebelumnya sudah dikumpulkan di pantai nantinya akan diolah menjadi produk bernilai manfaat, salah satunya SULAM (benang yang menjadi kain dari sutra lamun), sabun lamun, dan Lamun Paper yang terbuat dari serasah lamun.