Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggandeng sejumlah perguruan tinggi salah satunya Universitas Hasanuddin (UnHas) di Makassar untuk mendorong peningkatan rasio wirausaha muda terutama dari kalangan mahasiswa atau milenial.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan sejumlah regulasi saat ini juga memungkinkan semakin mudahnya dalam berwirausaha.
“Dengan terbitnya Perpres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan, pemerintah bersama swasta, akademisi dan multi stakeholder lain akan bersama untuk mendukung pengembangan ekosistem kewirausahaan,” kata Menteri Teten Masduki dalam Dialog Entrepreneur Hub dengan tema Wirausaha Mudah di Universitas Hasanuddin di Makassar, Kamis (19/10).
Di dalam Perpres ini disebutkan pemerintah menargetkan rasio kewirausahaan nasional sebesar 3,95 persen dan pertumbuhan wirausaha baru sebesar 4 persen di tahun 2024.
Untuk mempercepat realisasi ini KemenKopUKM menggandeng banyak Kampus atau Universitas di Indonesia salah satunya dengan Universitas Hasanuddin (UnHas) melalui program Enterpreneur Hub (E-Hub).
“Kami memang bekerja sama dengan kampus kampus salah satunya dengan UnHas untuk mencetak entrepreneur-entrepreneur muda dari kalangan mahasiswa atau perguruan tinggi untuk menambah persentase kewirausahaan nasional. Kita butuh sekitar 1 juta wirausaha baru dan kita ingin itu dari kalangan kampus,” ujarnya.
Menteri Teten menegaskan pemerintah akan memberikan dukungan berupa pendampingan (inkubasi) hingga akses pendanaan bagi wirausahawan muda terutama dari kalangan mahasiswa dengan syarat memiliki ide atau inovasi pengembangan bisnis yang prospektif.
Dijelaskannya bahwa saat ini sudah banyak enabler atau inkubator bisnis yang siap memberikan pendampingan secara menyeluruh terhadap siapa saja yang memiliki rencana bisnis yang prospektif. Apalagi jika rencana bisnis yang digagasnya dipadukan dengan teknologi informasi.
“Sekarang ini banyak aplikasi, banyak tools yang bisa dimanfaatkan bagi kita yang mau memulai bisnis. Bahkan tidak perlu punya pabrik atau rumah produksi sendiri, dengan ekosistem yang kita bangun seperti rumah produksi bersama atau maklon orang sudah bisa memiliki usaha,” kata Menteri Teten.
Menteri Teten meminta para mahasiswa yang sedang dan akan memulai bisnis untuk melihat potensi keunggulan di daerahnya. Sebab dengan mapping yang tepat, perjalanan bisnis yang digeluti akan memiliki daya saing yang tinggi.
“Jadi kalau para inkubator bisnis ini bisa memetakan potensi usaha di masing-masing daerah lalu menghubungkan dengan pembiayaan dan menghubungkan dengan buyer maka akan memudahkan mereka untuk memulai bisnis,” kata Menteri Teten.
Demi mempercepat pencapaian target rasio kewirausahaan ini, Menteri Teten mendorong agar kampus atau universitas mulai mengubah pola pikirnya agar anak didiknya kian kreatif untuk menciptakan ide bisnis di tengah studi yang dijalani. Perubahan pola pikir ini bisa dilakukan dengan memasukkan studi khusus kewirausahaan di dalam kurikulum mata kuliahnya.
“Kita harus mulai berbenah dan kita sudah mulai bicara dengan berbagai kampus untuk mengubah kurikulumnya agar tidak menciptakan sarjana menjadi pegawai tapi harus jadi pabrik enterpreuner,” ucap Menteri Teten.
Di tempat yang sama Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah menambahkan bahwa dari target penambahan 1 juta wirausaha baru di tahun depan, saat ini telah tercapai 593 ribu. Dia optimistis di sisa waktu yang ada target akan terpenuhi.
Dia menambahkan bahwa di UnHas banyak potensi dari para mahasiswa yang telah memulai bisnis. “Beberapa wirausahawan muda dari UnHas yang terpilih, nanti mereka akan kita undang untuk melakukan business matching atau financial matching. Nanti kita minta mereka mempresentasikan bisnis plannya jadi dihadapan para calon mitra atau investor,” kata Siti Azizah.
Rektor UnHas, Jamaluddin Jompa, mengatakan pihaknya menyambut baik inisiatif KemenKopUKM yang menjadikan kampus UnHas sebagai salah satu inkubator bagi pengembangan model bisnis mahasiswa atau kaum milenial.
Di UnHas, kata Jamaluddin, bakal ada kurikulum baru untuk memberikan peluang bagi para wirausahawan muda atau mahasiswa untuk mengembangkan diri menjadi enterpreneur selama satu semester. Dengan kurikulum ini diharapkan lulusan UnHas bisa menjadi wirausahawan yang andal.
“Kami mewajibkan di prodi ekonomi untuk ada kewirausahaan, kami juga memiliki direktorat inkubator teknologi dan kewirausahaan. Selain itu kami juga memiliki science technopark untuk memastikan proses-proses inovasi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa,” kata Jamaluddin.
Sementara itu Founder CV Kreasi Laut Indonesia dengan Brand Tambakmi, Fikrang (26) menyatakan siap berkolaborasi dengan berbagai stakeholder termasuk dengan KemenKopUKM dalam upaya pengembangan bisnis petani udang vaname di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
Dengan aplikasi digital yang diciptakan, para petani tambak udang akan terbantu dalam perawatan, masa panen hingga memasarkan udang vaname. Saat ini berkat inovasi bisnisnya para petani tambak udang bisa menembus pasar ekspor ke beberapa perusahaan besar di Jepang dan Eropa.
“Saya harap dengan sinergi, bisa terbuka lagi pasar kami yang tadinya hanya tiga bisa mencapai minimal 9 perusahaan yang bisa kita pasok. Kami harap para petambak tradisional juga bisa kita padukan dengan teknologi untuk mempermudah dalam bisnis prosesnya,” ucapnya.
Selain itu terdapat local entrepreneur lainnya seperti Ahlul Nasar yang memiliki usaha pelet pakan alternatif untuk udang budidaya yang memanfaatkan limbah maggot dan nanopartikel kalsium cangkang kepiting bernama Pakanre. Lalu, Ahmad Azhar pemilik usaha PT Sitinaja Global Ekspor yang merupakan perusahaan ekspor produk olahan serabut kelapa.
Kemudian Aria salah satu mahasiswa UnHas yang memiliki usaha kreatif dengan nama Shoesi Shepatu. Serta Adnan Yatim founder dari Helper Indonesia yang membuat platform menyediakan layanan asisten pribadi dan layanan jasa.