Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) fokus memperkuat kesiapan sumber daya manusia (SDM) di Aceh untuk mendukung program prioritas tahun ini yakni Rumah Produksi Bersama (RPB) UMKM, sebagai aktivitas utama dalam pengelolaan secara terpadu UMKM komoditi Nilam.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 sebagaimana Mandat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Transformasi KUMKM Tahun 2022 diimplementasikan melalui 11 Kegiatan Prioritas Kementerian Koperasi dan UKM. Salah satu kegiatan prioritas adalah pengembangan RPB UMKM.
Terkait hal tersebut, KemenKopUKM menggelar kegiatan pengembangan SDM UKM melalui keterampilan (vocational) bagi UKM bertajuk Teknis Produksi Pengolahan Produk Berbahan Baku Nilam untuk Menembus Pasar Digital dan Global Competitive Market di Aceh, Rabu (28/9).
“Acara ini dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, kualitas produk dan tentu saja capacity building SDM melalui bimbingan teknis dan pendampingan,” kata Asisten Deputi Pengembangan SDM UKM, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM, Dwi Andriani Sulistyowati.
Ia mengatakan kegiatan pengembangan SDM UKM ini dilakukan juga dalam rangka mempersiapkan RPB nilam yang akan dibangun pemerintah di Provinsi Aceh.
“Maka sangat penting kegiatan untuk meningkatkan kompetensi SDM UKM dalam memenuhi standar produk ekspor, sehingga akan berdampak pada peningkatan kapasitas usahanya,” ucap Dwi.
Selain memiiki kemampuan dan pengetahuan tentang standar produk ekspor, menurut Dwi kegiatan ini akan memberikan pengetahuan tentang SOP atau manajemen pabrik di dalam RPB yang harus dipenuhi, termasuk persoalan penempatan mesin-mesin, kemudahan dalam memperoleh bahan baku, ketersediaan sumber daya manusia setempat, dan lainnya untuk mendukung proses produksi yang efisien dan efektif.
“Diharapkan dalam kegiatan pengembangan SDM UKM melalui peningkatan keterampilan (vocational) teknis produksi nilam ini, materi yang diberikan kepada peserta akan memperkaya pengetahuan dan kemampuan,” ucapnya.
Beberapa pengetahuan yang akan didapatkan di antaranya adalah adanya standar produk ekspor yang harus dipenuhi terhadap kuantitas dan kualitas produksi termasuk penyulingan produksi nilam yang baik dan pemanfaatan limbah produksi serta semua pengetahuan yang berkaitan dengan total quality management. Selain itu, diberikan pengetahuan tentang pemanfaatan ITE market nilam termasuk tatacara bernegosiasi yang baik dengan buyer.
Dalam kegiatan ini ditargetkan peserta dapat membuat SOP dalam manajemen pabrik sehingga pada saatnya kelak mampu berproduksi dengan efisien dan efektif.
Melalui diskusi interaktif dalam kegiatan, peserta diharapkan dapat membuka jejaring usaha dan informasi dengan sesama peserta kegiatan dan narasumber ataupun fasilitator yang mempunyai komitmen akan melakukan pendampingan hingga 2 sampai 3 bulan kedepan untuk mewujudkan produk nilam yang memenuhi standar ekspor, berkualitas, dan berdaya saing.