Dalam rangka mendukung sinergi kegiatan antar Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM menggelar Business Matching untuk mempertemukan sejumlah pelaku koperasi di Bali dengan buyer dari luar negeri.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Koperasi dan Jabatan Fungsional KemenKopUKM Nasrun Siagian dalam sambutannya pada acara Business Matching di Bali, Jum’at (9/9) mengatakan acara business matching diselenggarakan pada 8 – 9 September 2022 di Hotel Ibis Style, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.
“Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari beberapa koperasi yang ada di Provinsi Bali, yaitu Koperasi Pemasaran Putri Ayu Sejati, Koperasi Konsumen Griya Mas Sedana, Koperasi Konsumen Agung Mandiri, Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK), Koperasi Produsen Cipta Wastra Sundara, KSP Bali Satya Madani, Koperasi Yastiti Rupa, KSU Dana Mandiri, dan KSP Jujur Utama Mandiri,” ucap Nasrun.
Dalam kesempatan tersebut hadir tiga buyer dengan bisnis berskala internasional, yaitu Steve Holloway dari Perusahaan Holloway Group yang basis perusahaannya ada di Canada, lalu Angela Holloway yang berasal dari Australia, dan Happy Posey dari Amerika Serikat.
Kegiatan Business Matching tersebut dilakukan berdasarkan klustering yaitu produk home decor; fashion accessories; dan tenun. Dalam temu bisnis itu langsung dilakukan kurasi dan interview antara pelaku dengan ketiga buyer tersebut.
Nasrun mengatakan UMKM untuk menjadi kuat harus bergabung dalam koperasi. “Manfaatnya pun sangat banyak bagi UMKM yang bergabung dalam koperasi, antara lain koperasi hadir sebagai offtaker pertama (aggregator) bagi produk anggota dan buyer menjadi offtaker kedua (seperti saat ini), dengan bergabung dalam koperasi maka akan memudahkan buyer yang berasal dari luar negeri untuk mencari mitra (koperasi) di dalam negeri, serta kemudahan-kemudahan dalam mengakses pemodalan, pelatihan, teknologi termasuk factory sharing,” ucap Nasrun.
Dalam kesempatan tersebut, Angela, salah satu buyer, memberikan masukan kepada para pelaku UKM dan koperasi yang hadir tentang cara melakukan ekspor.
“Masih banyak terjadi kegagalan dalam ekspor yang diakibatkan oleh masalah komunikasi kepada buyer tentang jadwal pengiriman barang. Di samping itu juga ketika ada kegagalan pada saat produksi maka calon eksportir harus berani menyampaikan secara jujur kepada buyer. “Kami pernah gagal transaksi dikarenakan produksi mereka gagal, tetapi mereka tidak berani mengatakan itu, bahkan sekadar mengangkat telepon saja tidak berani” ucap Angela.
Angela mengatakan, buyer mengharapkan gerak cepat yang dilakukan oleh offtaker bila terjadi kendala, agar buyer merasa puas dan dapat melakukan repeat order atau pemesanan kembali.
Angela juga merasa takjub dan merespons sangat baik atas apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mendukung para pelaku UKM dan koperasi yang ada di Indonesia. “Contohnya dengan diadakan Business Matching yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM ini sangat baik, sehingga dapat membantu para offtaker bertemu langsung dengan buyernya. Kami berharap agar kegiatan yang sama bisa dilakukan secara kontinyu,” tambah Angel.
Atas masukan-masukan dari buyer tersebut, Asdep Nasrun menyatakan akan menindaklanjuti permintaan dan masukan dari buyer tersebut. “Kami juga berencana mengagendakan kegiatan Business Matching di wilayah lain di Indonesia,” ujar Nasrun.