Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik menyebutkan bahwa Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) akan terus mengembangkan koperasi modern, terutama yang bergerak di sektor riil.
“Oleh karena itu, para kepala daerah di Tapanuli Bagian Selatan harus mampu menyiapkan minimal 3 calon koperasi modern di setiap kabupaten,” kata Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik pada acara pelatihan “Coaching Business” terhadap koperasi sektor riil terpilih, di Kota Padangsidempuan, Sumatra Utara, beberapa hari yang lalu.
Di samping itu, kata Riza, Pemerintah Daerah juga harus proaktif membangun komunikasi dengan Pemerintah Pusat, karena akan ada banyak pertukaran informasi dan isu-isu strategis, salah satunya potensi komoditas unggulan daerah yang bernilai ekonomi.
“Potensi komoditas unggulan daerah sudah saatnya harus kita kembangkan secara masif menjadi skala ekonomi,” kata Riza.
Untuk itu, Riza menyebutkan ada 3 program strategis yang siap digulirkan di sana. Pertama, pada 2023, akan dikembangkan Rumah Produksi Bersama pengolahan cabai di Kabupaten Batubara, Sumut. Karena, wilayah Batubara merupakan sentra cabai di Sumut.
“Pembangunan Rumah Produksi Bersama ini bertujuan agar petani-petani cabai yang kecil-kecil tersebut mendapatkan harga cabai yang stabil,” kata Riza.
Kedua, di seputaran pantai Timur Sumatra Utara akan dikembangkan minyak makan merah, tepatnya di wilayah di Asahan, Langkat, dan Deli Serdang, dengan membangun pabrik minyak makan merah oleh koperasi-koperasi sawit yang ada di sana. “Ada 3 koperasi yang akan menjadi piloting. Kalau berhasil akan dikembangkan di daerah lain,” ucap Riza.
Program strategis lainnya adalah yang berkaitan dengan kebutuhan nelayan akan BBM. Menurut Riza, karena ada dampak kenaikan BBM subsidi terhadap nelayan-nelayan, maka akan dikembangkan membuat SPBU Nelayan yang dikelola koperasi. Salah satunya, di Deli Serdang.
Di tempat yang sama, Asdep Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabfung KemenkopUKM M Nasrun Siagian mengatakan dari tiga hal tersebut, yang terlihat aktif yaitu di daerah pantai Timur Sumatra Utara. Padahal, seharusnya pembangunan itu merata.
“Maka, yang kami lakukan sekarang ini adalah mempersiapkan SDM yang baik di pantai Barat Sumatra Utara,” kata Nasrun.
Caranya, melalui pelatihan-pelatihan dengan fasilitator kapasitas terbaik untuk memberikan mentoring kepada pelaku-pelaku UMKM anggota koperasi. “Harapannya, agar menjadi koperasi yang kuat di pantai Barat Sumatra Utara,” ucap Nasrun.
Nasrun mengakui, selama ini koperasi banyak yang stunting, karena pengelolaannya sambilan, hingga SDM yang tidak mempunyai naluri bisnis, serta tidak memahami tata kelola koperasi yang baik dan benar.
“Ada juga koperasi tidak memiliki Standar Operasional Management/Standar Operasional Prosedur (SOM/SOP). Maka, lengkaplah permasalahan koperasi,” kata Nasrun.
Dalam sesi diskusi, masing masing perwakilan Pemerintah Daerah menyampaikan permasalahan koperasi, mulai dari SDM, kelembagaan koperasi, usaha yang tidak konsisten, sampai rendahnya partisipasi anggota, serta rendahnya minat masyarakat berkoperasi.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan M Frananda menginformasikan, ada koperasi di Tapanuli Selatan mengkonsolidasikan petani kopi, koperasi perajin pandai besi, dan koperasi pangan yang memenuhi kebutuhan beras OPD, namun belum maksimal. Salah satu kendalanya adalah kesulitan bahan baku.
Perwakilan Kabupaten Mandailing Natal Martuah menyebutkan, permasalahan koperasi yang klasif itu hampir sama dengan yang terjadi di Tapanuli Selatan, dimana banyak koperasi tetapi tidak berkualitas. Namun pihaknya tetap optimistis akan mampu menyiapkan calon koperasi modern.
“Kami akan tetap menyiapkan 3 calon koperasi modern, yakni Koperasi Sawit, Koperasi Nelayan, dan Koperasi Kopi,” kata Martuah.
Sementara Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Padanglawas, menyampaikan siap akan menyiapkan 3 calon koperasi modern yakni koperasi sawit.
Dalam pertemuan tersebut, juga dihadiri Miftahudin Shaf yang merupakan pelaku koperasi yang sukses dalam mengembangkan budidaya dan produksi pengolahan kopi dengan memberdayakan kelompok petani.