Pembangunan bangsa tanpa mempertimbangkan kemampuan dan kesesuaian lahan akan melahirkan peradaban yang rapuh. Sebuah rencana tata ruang memerlukan evaluasi bentang lahan agar perencanaan yang ditetapkan untuk sebuah penggunaan lahan dapat berkelanjutan dan terhindar dari bencana. “Kemampuan wilayah menampung air dan potensi liquifaksi harus diketahui dulu,” kata Ketua Umum Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), Husnain, PhD, pada acara perayaan World Soil Day 2025 di Bogor (4/12) pagi.
Menurut Husnain, HITI mengajak masyarakat luas untuk mencintai tanah serta menjadikan tanah sebagai faktor pertama dan utama untuk mempertimbangkan pembangunan bangsa di segala sektor. Sejumlah bencana yang terjadi di berbagai pelosok negeri umumnya karena lupa mempertimbangkan tanah serta bentang lahan di sekitarnya. “Ketika sebuah bangsa menggunakan tanah sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya, maka peradaban bangsa tersebut akan tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan,” kata Husnain.
Perayaan World Soil Day 2025 mengangkat tema sesuai dengan yang diusung oleh Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu Healthy Soils for Healthy Cities atau tanah yang sehat untuk kota yang sehat. Menurut Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas, Jarot Indarto, SP., MT., M.Sc., Ph.D, tema hari tanah nasional kali ini menjadi tonggak sejarah karena fokus ilmu tanah tak lagi hanya pada sektor pertanian tetapi juga pada pembangunan bangsa yang lebih luas. “Di level nasional Bappenas sedang menyusun soil health policy. Kami membutuhkan bantuan ahli-ahli tanah,” kata Jarot.
Di level dunia, menurut Senior Economist in the Global Food and Agriculture Practice (GFADR), World Bank, Vikas Choudhary, paradigma ilmu tanah telah meluas karena tanah memang merupakan fondasi seluruh kehidupan mulai memenuhi kebutuhan pangan, menopang keberlanjutan ekosistem, dan menjaga biodiversitas kehidupan. “Tanah sehat melahirkan manusia yang sehat dan menghasilkan bangsa yang sehat. Mari setiap bangsa di dunia menyusun konsep kebijakan dan melaksanakan praktek untuk menjaga tanah tetap sehat,” kata Vikas.
Perayaan hari tanah dunia telah dilakukan sejak 2014, tetapi di Indonesia baru dilakukan pada 2017 yang kemudian konsisten dilakukan setiap tahun hingga saat ini. Perayaan kali ini dimeriahkan dengan berbagai lomba yang diikuti oleh 705 peserta dari berbagai daerah. Lomba tersebut meliputi lomba selidik cepat tanah (soil judging contest), essay, vlog, puisi, mewarnai, dan menggambar. “Peserta terbanyak adalah lomba essay dengan jumlah 235 peserta sehingga menembus rekor terbanyak sepanjang 8 tahun,” kata Ketua Panitia Perayaan World Soil Day 2025, Dr. Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc.
Fakta itu sangat mengggembirakan karena peserta berasal dari berbagai lapisan dari siswa sekolah menengah, mahasiswa, dan umum. “Yang menarik peserta bukan hanya dari orang pertanian, tetapi juga dari orang sosial, ekonomi, pariwisata, politik, hingga agama. Hal itu menunjukkan tanah telah menjadi perhatian banyak kalangan di tanah air,” kata Ladiyani.
Lomba esay tersebut dimenangkan oleh Dila Aksani dari Institut Pertanian Bogor sebagai juara pertama, diikuti Ghaida Tamma Rusyda dari Universitas Tidar sebagai juara kedua dan Dyima Guszita dari SMAN 2 Padang sebagai juara ketiga.
Sementara itu juara selidik cepat tanah diraih oleh Tim IPB University B sebagai juara pertama, diikuti oleh Tim Universitas Padjadjaran A sebagai juara kedua, dan Tim IPB University A sebagai juara ketiga. Soil judging contest tersebut diikuti oleh 11 perguruan tinggi negeri dan swasta yang terdiri dari 18 tim dan 65 orang peserta. “Kampus-kampus ternama kembali membuktikan dapat memenangkan lomba paling bergengsi di kalangan mahasiswa ilmu tanah,” kata ketua dewan juri, Prof (R). Sukarman, MS.
Puncak perayaan hari tanah dunia 2025 juga dimeriahkan dengan talk show yang dipandu oleh Dr. Wirastuti Widyatmanti dari Universitas Gadjah Mada dengan para pembicara Vikas Choudhary (World Bank), Jarot Indarto, SP., MT., M.Sc., Ph.D (PPN/Bappenas), Dr. Ir. Ladiyani Retno Widowati, MSc (Kementan), Dr. Dyah Retno Panuju, S.P., M.Si (HITI) dengan para pembahas Prof. Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc (BRIN), Dr. Ir. Adipati Napoleon (Unsri), MP Prof. Dr. Dedi Nursyamsi, M.Agr (Kementan).
Di penghujung acara Pengurus Pusat dan 28 Pengurus Komisariat Daerah HITI kemudian menyusun rekomendasi tentang fenomena alam dan bencana yang melanda tanah air dari sudut pandang ilmu tanah serta rekomendasi kebijakan untuk membantu pemerintah memberikan solusi agar dapat dilakukan mitigasi.
Pada perayaan itu HITI juga memberikan HITI Lifetime Awards kepada:
- Prof. Dr. Fahmuddin Agus (BRIN/Kementan)
- Dr. Ir. Basuki Sumawinata, M.Agr (IPB)
- Prof. Dr. Ir. Dian Fiantis, M.Sc (Universitas Andalas)
- Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, M.S (Universitas Udayana).