Langkah kolaborasi antara Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) dengan Bank Indonesia (BI) dalam pengembangan Koperasi Serikat Bisnis Pesantren (KSBP) Pondok Pesantren Sunan Drajat di Lamongan (Jawa Timur) menjadi jaringan ritel modern berbasis pesantren, mulai membuahkan hasil.
Lihat saja, bidang Perekonomian Pondok Pesantren Sunan Drajat (PPSD) Paciran Lamongan terus mengembangkan sayap bisnisnya. Terbaru, mereka membuka tiga Toko Bahan Baku (Tobaku) Halal Toserba Ponpes Sunan Drajat. Dimana dua diantaranya berlokasi di Lamongan, yaitu Ponpes Idhatun Nasi’in di Kalitengah dan Ponpes Baitul Qur’an di Babat. Satu lainnya di wilayah Tuban, tepatnya di Ponpes Sunan Drajat 7 Kecamatan Palang.
Dengan diresmikannya tiga Tobaku Halal ini, Bidang Perkonomian Sunan Drajat sudah memiliki tujuh Toserba, dengan omset yang sudah mencapai Rp115 miliar, dari yang semula di tahun pertama hanya Rp20 miliar, serta di tahun kedua naik menjadi Rp55 miliar.
Menariknya, dari tiga cabang itu, salah satunya yang ada di wilayah Kecamatan Kalitengah, sudah opening dan ditargetkan pendapatan sehari Rp10 juta, tapi malah melampaui target sekitar Rp27 juta.
“Saya bangga dengan berkembangnya Toserba ini yang begitu cepat. Karena ini bisnis yang bisa menguntungkan. Dan yang luar biasanya adalah bisa merangkul lingkungan pesantren yang lain,” ungkap Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, pada acara grand opening Tobaku Halal Toserba Pondok Pesantren Sunan Drajat, di Lamongan, Jawa Timur, Jumat (29/12).
Di acara yang dihadiri pengasuh Ponpes Sunan Drajat Prof DR KH Abdul Ghofur, Supomo menyebutkan, pesantren memiliki kegiatan ekonomi yang sangat besar karena berkaitan dengan santri yang jumlahnya banyak. Yang tergabung dalam KSBP Pondok Pesantren Sunan Drajat di Lamongan Jawa Timur ini ada 17 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 10 ribu santri.
“Ini merupakan role model jaringan ritel modern berbasis pesantren dengan KSBP Ponpes Sunan Drajat menjadi pondasi. Sehingga, kegiatan ekonomi bukan hanya melayani pesantren tapi juga masyarakat sekitar,” imbuh Supomo.
Bagi Supomo, ini menjadi momentum penting dalam kerja sama yang erat antara BI, LPDB-KUMKM, KSBP Jawa Timur, dan Perekonomian Pondok Pesantren Sunan Drajat.
“Kerja sama ini tidak hanya menciptakan sinergi antara sektor perbankan, pemerintah, koperasi, dan pelaku UMKM, tetapi juga mengukuhkan komitmen kita bersama dalam mendukung ekonomi syariah dan pemenuhan kebutuhan bahan baku halal,” papar Supomo.
Lebih dari itu, kata Supomo, kehadiran Tobaku Halal ini sejalan dengan target pemerintah dalam meningkatkan potensi ekonomi syariah yang salah satunya melalui sektor pangan.
“Industri halal menjadi salah satu kekuatan ekonomi yang akan terus bertumbuh karena memiliki berbagai sektor mulai dari halal tourism, pangan halal, fashion, hingga produk kecantikan,” jelas Supomo.
Supomo menegaskan, LPDB-KUMKM akan terus siap dan mendukung sektor-sektor produktif termasuk industri halal melalui penyaluran dana bergulir kepada koperasi.
Supomo berharap Tobaku Halal dapat menjadi pusat distribusi bahan baku halal yang berdaya saing, serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan UMKM. “Juga, dapat mendorong keberlanjutan ekonomi di daerah karena mampu memberikan kemudahan kepada pelaku usaha untuk memperoleh bahan baku yang berkualitas dan bersertifikat halal.
Tahun 2024, Supomo menekankan bahwa pihaknya akan lebih memperluas pembiayaan pada kelompok-kelompok pesantren, terutama yang menggerakkan sektor riil langsung ke UMKM, yang langsung berdampak kepada masyarakat, hingga yang langsung ada penyerapan tenaga kerja.
Sementara itu, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Ita Rulina mengaku cukup bangga dan suprise dengan keseriusan perekonomian PPSD mewujudkan kerja sama ini dalam membangun perekomian di Pondok Pesantren yang bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.
Bahkan, ekonomi syariah Indonesia sudah naik kelas dari peringkat keempat menjadi ketiga di dunia. Berdasarkan indikator State of the Global Islamic Economy (SGIE), dalam kurun waktu lima tahun, Indonesia mengalami lompatan sangat besar. Dulu, Indonesia berada di peringkat 11.
“Alhamdulillah, sekarang berada di peringkat tiga dunia. Ini menunjukkan ekonomi syariah menjadi sumber ekonomi baru yang merupakan daya hidup kita semua. Masuk di dalamnya Toserba ini jelas memperkuat keuangan syariah,” tukas Ita.
Tahun depan, Ita meyakini bahwa pihaknya bakal mereplikasi program Tobaku Halal ini di daerah-daerah lain. “Tujuannya, agar Indonesia segera menjadi pusat industri halal dunia,” tegas Ita.
Bupati Lamongan Yuhronur Effendi menambahkan, dengan beragam unit usaha yang dijalankan, maka Ponpes Sunan Drajat tidak hanya membekali para santrinya dengan ilmu agama, tapi juga membekali ilmu berwirausaha.
“Saya berharap dengan berbagai unit usaha yang dimiliki, Ponpes Sunan Drajat mampu menggerakkan ekonomi masyarakat Lamongan, khususnya masyarakat sekitar Ponpes Sunan Drajat,” kata Yuhronur.
Menurut Bupati Lamongan, Ponpes Sunan Drajat tidak hanya mengembangkan siar Islam, tapi juga mengembangkan perekonomian. Banyak unit usaha yang dimiliki, mulai dari perdagangan, produksi dan material, hingga restoran. “Tentunya ini menjadi suatu dukungan pengungkit perekonomian Lamongan,” ucap Bupati Lamongan.
Produk Halal
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perekonomian PPSD Gus Anas Alhifni menyampaikan apresiasi atas kolaborasi dan dukungan LPDB-KUMKM dan BI hingga terwujudnya tiga Tobaku Halal Toserba PPSD itu.
“Tobaku Halal Toserba ini hanya menjual produk-produk halal, baik itu yang fungsinya sebagai food atau yang lain. Jadi, produk yang tidak ada label halal, tidak ada di toko tersebut,” kata Gus Anas.
Terwujudnya tiga Tobaku Halal ini ini juga atas dukungan para alumni Pompes Sunan Drajat. “Setelah BI mengaminkan dan support, kami lanjutkan dengan berkoordinasi dengan alumni. Dan Alhamdulillah, kami menempatkan Toserba itu di tiga titik di lokasi milik pondok pesantren jaringan Sunan Drajat,” ungkap Gus Anas.
Gus Anas menambahkan, tanah Toserba dimiliki alumni Ponpes, bangunan dibiayai BI, sedangkan isi Toserba dari pinjaman dana bergulir LPDB-KUMKM. “Anggaran pembangunan sebesar Rp700 juta, namun kebutuhannya Rp1 miliar. Kekurangannya ditutup dari Toserba,” ungkap Gus Anas.
Target tahun depan, lanjut Gus Anas, pihaknya bakal membuka Toserba di 60 titik di seluruh Jatim. Diceritakan Gus Anas, ada Toserba baru buka omzetnya sudah mencapai Rp27 juta perhari. Padahal, targetnya hanya Rp10 juta perhari.
“Ini baru satu titik saja. Bayangkan kalau BI jadi membangunkan Tobaku ini sampai 60 titik, terbayang efek ekonominya akan semakin besar,” jelasnya.
Oleh karena itu, Gus Anas berharap peran BI kembali mau menyiapkan sarana dan prasarananya, serta pembiayaan dari LPDB-KUMKM. “Dan saya pastikan bahwa perkembangan Toserba Sunan Drajat tidak mematikan warung atau toko lain milik rakyat,” pungkas Gus Anas.