Guna mendukung koperasi sektor riil khususnya bidang peternakan sapi perah, Kementerian Koperasi dan UKM tengah menyiapkan solusi atas permasalahan para peternak sapi perah di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, persoalan peternak sapi perah di Indonesia umumnya mengalami tiga persoalan utama, mulai dari sapi tidak produktif, hijauan pakan, hingga manajemen pengelolaan produksi. Terlebih saat ini para peternak menghadapi persoalan virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
“Kami dari Kementerian Koperasi dan UKM sedang mengembangkan model bisnis untuk Koperasi di sektor pangan. Di Indonesia ini memiliki struktur pertanian yang didominasi oleh peternak skala kecil dan petani berlahan sempit,” ujar Teten saat kunjungan kerja ke Koperasi Produsen Agro Niaga Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menurut Teten, persoalan yang dihadapi oleh para peternak sapi perah bisa diatasi melalui koperasi, sehingga koperasi bisa menjadi satu model korporatisasi petani yang beranggotakan yang berbasis peternak kecil, dan skala ekonominya akan terbentuk dengan baik.
“Kami akan membantu lewat LPDB-KUMKM untuk terus mengembangkan penguatan permodalan koperasinya termasuk juga model bisnisnya. Saya sudah berkeliling ke koperasi-koperasi susu perah, problemnya sama, pertama sapinya tidak produktif, kedua adalah suplai pakan hijau juga masalah yang serius, dan ketiga manajemen produksi, kandang, manajemen pengolahannya,” ujar Teten.
Teten menegaskan, koperasi sebagai wadah dari para peternak harus berani melakukan lompatan besar dengan berinvestasi baik melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau dana bergulir dari LPDB-KUMKM, hal ini dilakukan agar koperasi mampu bersaing dalam rantai bisnis industri susu nasional yang saat ini masih didominasi dari susu impor.
“Koperasi harus berani melakukan lompatan, salah satunya skema pembiayaan antara KUR dengan LPDB-KUMKM untuk mendukung dan mencari solusi tiga hal tadi, termasuk dari LPDB-KUMKM untuk mendorong penguatan lembaga koperasinya, karena KAN Jabung ini sudah memiliki offtaker yang menyerap produksi peternak,” tambahnya.
Dukungan LPDB-KUMKM
Sementara itu, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, pihaknya siap mendukung penuh pengembangan ekosistem bisnis daripada koperasi Koperasi Produsen Agro Niaga Jabung yang memiliki anggota para peternak sapi perah.
Menurut Supomo, Koperasi Produsen Agro Niaga Jabung telah menjadi mitra lama LPDB-KUMKM dalam penyaluran dana bergulir, dengan begitu pengembangan ekosistem bisnis peternakan sapi perah akan bisa mudah dikembangkan mulai dari manajemen produksi, pemasan produk, hingga pembibitan sapi perah.
“Jadi Koperasi KAN Jabung ini sudah bermitra dengan kami sudah agak lama, dan saat ini yang menjadi tantangan adalah hantaman virus PMK, dengan ini kami sedang melakukan perhitungan dan analisa mengenai pemberian relaksasi atau grace period kepada koperasi yang menaungi para peternak,” ujar Supomo.
Selain pemberian relaksasi ini, lanjut Supomo, pihaknya juga akan mendukung rencana bisnis daripada Koperasi KAN Jabung yang akan membangun pusat pembibitan (integrated farming) sapi perah dalam meningkatkan kapasitas usahanya.
“Pengembangan ekosistem bisnis ini akan sangat memungkinkan dilakukan, kami LPDB-KUMKM juga telah menjalankan di Jawa Barat bersama dengan KPBS Pangalengan dan Universitas Padjajaran dalam mengembangkan integrated farming dan industri susu,” kata Supomo.
Menurut Supomo, industri peternakan susu dari sapi perah diperlukan adanya research and development (RnD) agar kedepannya bisnis bisa sustainable dan saling menguntungkan.
“Keterlibatan universitas menjadi penting karena faktor riset itu, seperti bibit mana yang unggul, pakan apa yang harus diberikan, bagaimana pengolahan yang baik itu menjadi kunci yang sangat penting,” kata Supomo.
Dengan ini, LPDB-KUMKM siap memberikan dukungan berupa perkuatan permodalan koperasi dan juga perkuatan ekosistem bisnis peternak susu melalui koperasi.
Tumbuhkan Bisnis Pesantren
Tak hanya mendukung sektor peternakan susu, dana bergulir LPDB-KUMKM juga tengah memperkuat sektor ekonomi syariah melalui koperasi pondok pesantren di Jawa Timur, seperti di Kopontren An Nur 2 Malang.
Menurut Supomo, dengan berkembangnya bisnis daripada Kopontren An Nur 2 Malang membuat para Kopontren di Jawa Timur yang memiliki basis Pondok Pesantren besar tengah antusias melakukan penjajakan pembiayaan dana bergulir.
“Terlihat sekali bahwa pembiayaan LPDB-KUMKM yang ada di Jatim itu memberikan dorongan kepada Kopontren lain yang mau akses dana bergulir ke LPDB-KUMKM dengan konsep saling bersinergi dan kolaborasi atas produk unggulan masing-masing Kopontren,” ungkap Supomo.