Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan kini saatnya mewujudkan kolaborasi usaha besar untuk menciptakan UMKM rantai pasok global yang berdaya saing tinggi.
Untuk itu MenKopUKM Teten Masduki memastikan, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) terus berupaya melakukan segala perbaikan untuk kemajuan UMKM. Mulai dari perizinan, pembiayaan, hingga menggenjot peran UMKM dan koperasi dalam program hilirisasi produk Pemerintah.
“Selama ini kami terus mendorong UMKM agar naik kelas. Salah satunya terkait upaya mempermudah perizinan bagi UMKM melalui pendampingan. Sehingga tak ada lagi UMKM informal, paling tidak mereka punya NIB (Nomor Induk Berusaha), bahkan memudahkan mereka untuk mendapat sertifikasi halal termasuk pembiayaan,” kata Menteri Teten dalam acara Opening Ceremony Festival UMKM Sampoerna di Jakarta, Senin (21/8).
Dikatakan MenKopUKM, ketidakpastian ekonomi global tahun depan masih akan terjadi. Namun Indonesia masih tetap optimistis pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Bahkan sudah sekitar 7 triwulan terakhir Indonesia tumbuh di atas 5,2 persen. Dari negara G20, hanya Indonesia negara berkembang yang mengalami pertumbuhan di atas 5 persen, selain India dan China.
Salah satu pertumbuhan tersebut, kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Tanah Air adalah dari konsumsi rumah tangga yang erat kaitannya dengan UMKM.
“Sebesar 97 persen lapangan kerja diserap di sektor UMKM. Ternyata fenomena struktur ekonomi yang ditopang oleh UMKM bukan hanya di Indonesia tetapi terjadi juga di Korea Selatan dan Jepang. Sisanya hanya 1 persen ekonomi dikuasai usaha besar. Lantas bagaimana ini agar tetap berjalan? Ekonomi yang dikuasai ekonomi besar yang 1 persen ini harus terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya agar rantai pasok tetap berjalan,” kata Teten.
Hari ini kata dia, UMKM Indonesia masih banyak yang melakukan usaha mandiri dan UMKM yang terhubung dengan rantai pasok baru sekitar tujuh persen, sementara UMKM yang terhubung dalam global value chain baru 4,1 persen. “Vietnam yang negaranya tergolong baru menuju modern, UMKM yang sudah masuk dalam global value chain di negara itu mencapai 24 persen. Namun Indoneia masih berkutat di teknologi rendah. Hal semacam ini yang harus kita ubah bersama,” ucap MenKopUKM.
Berdasarkan data KemenKopUKM pada 2019, terdapat kurang lebih 64 juta unit Usaha Mikro (99,9 persen dari total populasi usaha) telah berkontribusi terhadap perekonomian nasional di antaranya, PDB (61,07 persen), Tenaga Kerja (96,9 persen), Ekspor Non Migas (14,4 persen), UMKM yang masuk dalam Rantai Nilai Global (4,1 persen), Investasi UMKM Nasional (60 persen), Kemitraan UMK dan UMB (7 persen), Rasio Kewirausahaan Nasional (3,47 persen).
Berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan UMKM di Indonesia serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi UMKM dalam usahanya. Kolaborasi menjadi kunci utama pengembangan UMKM yang jumlahnya sangat besar ini. Untuk itu saat ini, seluruh kegiatan pemberdayaan UMKM mengedepankan kolaborasi.
Menteri Teten menegaskan, postur UMKM yang didominasi oleh pelaku usaha mikro ini menjadikan pola kemitraan antara usaha mikro dan usaha kecil dengan usaha besar sebagai strategi untuk menaikkelaskan UMKM.
KemenKopUKM kata Teten, terus menginisiasi terwujudnya kemitraan tersebut. Pihaknya juga mendorong pelaku UMK untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan di sepanjang rantai nilai bisnis usaha besar.
“Selain itu kami mendorong usaha besar untuk memberikan dukungan transfer teknologi bagi UMK agar ada peningkatan usaha pelaku UMK. Jadi ke depan pelaku UMK tidak selalu menjadi produsen barang jadi, namun dapat menjadi pemasok kebutuhan di industri besar,” tuturnya.
Festival UMKM
Untuk itu, KemenKopUKM turut mendukung Sampoerna yang terus terhubung dengan pelaku UMKM. Hingga saat ini Sampoerna Grup dinilai menjadi salah satu usaha besar yang turut berkontribusi bagi kemajuan UMKM.
Menteri Teten mencontohkan, Festival UMKM menjadi wujud dukungan nyata Sampoerna untuk berkontribusi dalam pengembangan UMKM di Indonesia. Festival ini bukan hanya terbatas pada upaya mengenalkan produk berkualitas yang dihasilkan UMKM namun memiliki multiplier effect kepada pelaku UMKM.
“Produk UMKM yang berkualitas harus diangkat, diperkenalkan, dan dijual dengan harga kompetitif, agar kita selalu bangga membeli produk bangsa sendiri dan akhirnya dapat memenangkan persaingan global,” ujarnya.
Dalam kesempatan yanga sama, Menteri Teten juga mengucapkan Selamat Hari Jadi ke-110 untuk Sampoerna dan harapan agar ke depan semakin sukses. Kemampuan daya saing bisnis Sampoerna menurut Teten, telah teruji oleh berbagai kondisi dan waktu, bahkan dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini.
“Semoga nilai-nilai keberlanjutan usaha yang dimiliki oleh Sampoerna dapat ditiru oleh pelaku UMKM dalam mengembangkan bisnisnya,” ucapnya.
Sementara itu, Property & Project Director PT Sampoerna Land Sentosa Sitia mengatakan, Festival UMKM tahun ini menjadi event ke-2 kalinya yang diselenggarakan Sampoerna. Pihaknya berharap, penyelengaaraan Festival UMKM mampu memberikan kontribusi lebih besar bagi kemajuan UMKM dan perekonomian nasional.
“Tahun lalu omzet dalam Festival UMKM tercatat mencapai Rp400 juta. Tahun ini dengan diikuti 110 pelaku usaha, kami targetkan bisa mencapai Rp600 juta sehingga ada kenaikan jumlah omzet bagi UMKM yang terlibat,” ucapnya.