Asosiasi Profesi Perkoperasian Indonesia (APPI) menandatangani kesepakatan bersama (MoU) dengan Ikopin University, KPBS Pangalengan dan PT Nurida Fresh. Tujuannya, untuk meningkatkan peran dan sinergi profesi perkoperasian dalam mendukung pembangunan koperasi dan UMKM pembangunan nasional.
“Juga untuk mendorong pengembangan investasi, produktivitas dan innovasi pada koperasi dan UMKM,” kata Ketua APPI M Taufiq, dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (4/3).
Di samping itu, lanjut Taufiq, untuk mendorong terciptanya iklim kondusif dan pengembangan usaha perkoperasian, hingga mengembangkan kemitraan dan sinergi para pemangku kepentingan di bidang perkoperasian.
Untuk mewujudkan tujuan itu, Taufiq dan jajaran APPI melakukan kunjungan kerja kepada tiga lembaga tersebut.
Taufiq pun merinci hasil kunjungan tersebut. Kunjungan kerja APPI ke Ikopin University menghasilkan pelaksanaan pelatihan dan uji kompetensi profesi perkoperasian yang berdasarkan SKKNI yang berlaku, perlu dikembangan kepada koperasi di Jawa Barat.
Khusus bagi mahasiswa Ikopin University yang akan melakukan praktek lapang akan dibekali dengan pelatihan yang berbasis kompetensi.
“Para mahasiswa dan dosen yang berminat menjadi anggota APPI diperkenankan untuk mendaftar secara online melalui web-site APPI.or. id. Ada juga penandatanganan MoU antara APPI dan Ikopin University tentang Pelaksanaan Pengembangan Profesi Perkoperasian,” kata Taufiq.
Taufiq menjelaskan, para pihak secara bersama-sama akan melaksanakan dalam lingkup kegiatan, seperti kajian tentang koperasi, penelitian usaha koperasi, dan pengembangan profesi perkoperasian dan keanggotaan APPI.
Para pihak juga sepakat bahwa pelaksanaan kesepakatan bersama akan diatur lebih lanjut dalam bentuk perjanjian teknis sesuai ketentuan yang berlaku. “Para pihak akan membentuk tim teknis yang susunan personilnya akan ditetapkan lebih lanjut guna mengimplementasikan Kesepakatan Bersama ini,” ucap Taufiq.
Sementara itu, dalam kunjungan ke KPBS Pangalengan, APPI mencatat bahwa KPBS Pangalengan pernah mengalami kejayaan pada tahun 2013 yang lalu dan saat ini masih merupakan koperasi susu terbaik di Indonesia.
“Walau pun jumlah sapi saat ini berkurang karena penyakitit mulut dan kuku (PMK) dan adanya kenaikkan harga daging sapi, maka peternak ada yang menjual sapi untuk dipotong,” ungkap Taufiq.
catatan lainnya, Produksi susu di KPBS Pangalengan masih berkisar 10 liter perhari dan rata rata pemilikan sapi berkisar 2-5 ekor perpeternak. Bila ingin meningkatkan jumlah pemilikan sapi, terkendala dengan ketersediaan pakan terutama teknologi.
Saat ini, KPBS Pangalengan telah mengembangkan usaha dari usaha peternakan sapi perah dengan membuka ruamah sakit, dan BPR.
KPBS juga sudah memiliki alat proses fermentasi pakan menjadi silase dan ini perlu dikembangkan untuk penyediaan pakan hijauan.
Tak hanya itu, KPBS juga sudah menggunakan system digital untuk pencatatan produksi susu di masing-masing peternak.
Namun, khusus untuk meningkatkan kemampuan manajemen Koperasi Sapi Perah sampai saat ini belum ada. “Untuk hal ini, APPI akan mengusulkan SKKNI tentang Manajemen Usaha Sapi Perah kepada Kemenkop dan UKM, Kementan dan Kemen Perindustrian,” papar Taufik.
Lebih lanjut, Taufiq menjelaskan, APPI akan membantu KPBS Pangalengan untuk mengembangan usaha baik di bidang persusuan, rumah sakit, dan BPR.
“Terbukti, dengan adanya penandatanganan MoU antara APPI dan KPBS Pangalengan tentang Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Perah,” ujar Taufiq.
Para Pihak secara bersama-sama akan melaksanakan dalam lingkup kegiatan, seperti kajian tentang pelaksanaan pengembangan agribisnis sapi perah oleh koperasi, pengembangan keanggotaan APPI
Lainnya adalah perintisan usaha berbasis susu oleh koperasi dan UMKM, pengembangan industri pengolahan susu, pengembangan industri pakan ternak, pengmbangan diklat dan pemagangan di bidang agribisnis sapi perah, hingga promosi dan replikasi model agribisnis peternakan sapi perah melalui koperasi.
Sedangkan kunjungan ke Green House milik PT Nurida Fresh Pangalengan menghasilkan catatan pelaksanaan penanaman tomat cheri dilakukan dengan penuh teknologi modern, termasuk pemeliharaan sehari hari.
Pasar produk dipasarkan sebagian besar adalah ekspor ke Jepang, dan pasar dalam negeri dengan harga Rp60 ribu per kilogram.
Penandatanganan MoU antara APPI dan PT Nudira Fresh tentang Pengembangan Usaha Berteknologi Green Houses dan Hidroponik pada KUMKM. Ruang lingkupnya adalah riset penegmbangan usaha green house untuk koperasi dan UMKM, pengembangan usaha green house usaha koperasi, pengembangan pemagangan, diklat dan sertifikasi bidang green house.
Salah satu pengurus APPI Neddy Rafinaldy menambahkan, hasil kesepakatan akan dibentuk tim yang merumuskan implementasi MoU.
“Untuk Ikopin, akan sinergi pertukaran info strategis tentang pembangunan koperasi dengan optimalkan media diskusi rutin APPI zoom meeting Reboan. Ada juga diskusi tematik Ikopin ba’da Jumatan. Sinergi kedua pihak dalam fokus terhadap kaderisasi intelektual perkoperasian jebolan Ikopin University,” jelas Neddy.
Terkait KPBS, Neddy memahami memahami tantangan yang dihadapi KPBS dalam mengoptimalkan peran dan kontribusi anggota aktif peternak dan mendorong KPBS melakukan rebranding untuk optimalkan market.