Direktur Bisnis dan Pemasaran SMESCO Indonesia Wientor Rah Mada, mengatakan, berupaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi UMKM perempuan di Kampung Dolly, Jawa Timur, agar terbangun visi wilayah itu sebagai pusat ekonomi dan UMKM masa depan yang berkelanjutan.
”Strategi utama dalam program peningkatan keterampilan hidup bagi kelompok UMKM wanita di Dolly yakni dengan menggali seperti visi mereka terhadap Dolly di masa depan,” kata Wientor Rah Mada dalam keterangannya, Jakarta, Jumat (22/6).
Selain itu peningkatan kapasitas yang mereka butuhkan dan inginkan agar berhasil saat memulai bisnis UMKM sehingga produknya mampu menembus pasar yang lebih luas.
“Harapannya tentu saja agar proses pembangunan berkelanjutan dan inklusif yang melibatkan semua elemen masyarakat, seperti yang telah dilakukan dalam program ini, dapat diterapkan secara lebih luas lagi di Indonesia,” ucap Wientor.
Kampung Dolly dalam sejarahnya dianggap sebagai pusat konsentrasi prostitusi tertinggi di kawasan Asia Tenggara sebelum akhirnya pemerintah melakukan penertiban dan penutupan pada tahun 2014.
Keputusan pemerintah menutup industri prostitusi di Dolly terutama karena pertimbangan realitas praktik perdagangan manusia, eksploitasi perempuan dan anak di bawah umur, serta kompleksitas penyebaran penyakit menular seksual. Penutupan tersebut juga bertujuan untuk menyelamatkan generasi berikut dengan pencapaian terbaik pendidikan anak-anak setempat.
Namun di sisi lain, dampak perekonomian lokal sempat terkena imbas dari penutupan tersebut karena banyak penduduk lokal yang bergantung pada industri turunan ini sebagai sumber pendapatan utama mereka. Banyak penduduk Putat Jaya sempat kehilangan pekerjaan dan 18 persen di antara mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Oleh karena itu, Smesco Indonesia dan Kedutaan Besar Inggris di Indonesia berkolaborasi mengembangkan Future Cities (Kota Masa Depan) di Dolly, Kecamatan Putat Jaya, Surabaya, yang berfokus pada strategi pengembangan UMKM masa depan yang berkelanjutan.
Program Manager Kota Masa Depan, Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris untuk Indonesia, Barikatul Hikmah, mengungkapkan kolaborasi Kedubes Inggris untuk Indonesia dengan SMESCO Indonesia dilakukan dalam upaya pemberdayaan UMKM di Kampung Dolly dan sekitarnya.
Sebanyak tiga strategi kemudian diterapkan mencakup yakni pertama, menjadikan Dolly sebagai kawasan inovasi kampung bisnis berbasis e-learning dan capacity building for business termasuk untuk UMKM perempuan dan kelompok diabilitas.
“Kedua, sebagai replikasi dari business hub di Bali, sesuai dengan tujuan G20. Ketiga, scaling up kampung bisnis bersama dengan 120 kampung lainnya yang tergabung dalam Ikatan Kampung Nusantara,” kata Barikatul Hikmah.
Barikatul Hikmah menambahkan konsepnya tentu saja menghubungkan supply chain dengan continuous demand. Beberapa strategi keberlanjutan dalam program ini seperti menyambungkan UMKM Dolly dengan program CSR perusahaan di wilayah Surabaya dan Jawa Timur secara umum.
Barikatul menjelaskan strategi kolaboratif lokal yang telah dilakukan dalam meningkatkan penghasilan UMKM di Kampung Dolly tersebut seperti CSR dengan hotel bintang lima di Jawa Timur.
“Jadi setiap enam bulan, hotel melakukan pergantian bedsheet sprei dan selimut dengan yang baru. Maka limbah yang masih bagus kondisinya ini didaur ulang dan dibatik oleh UMKM di Dolly, hasilnya kemudian dipesan sebagai seragam karyawan hotel bintang lima tersebut. Selain itu, pihak hotel juga memesan makanan ringan dan masakan tradisional untuk event-event mereka dari UMKM Dolly,” ucap Barikatul Hikmah.
Lebih lanjut Barikatul menambahkan, kontribusi Kedutaan Inggris dan SMESCO Indonesia juga menyasar pada perluasan pasar hasil produksi UMKM Dolly.
Program kolaborasi ini, dengan dukungan dari NetAsia, telah mengkurasi produk UMKM dari kelompok perempuan dan disabilitas untuk menembus pasar internasional, yaitu Singapura. Bukan pameran atau promosi produk, namun trial market, yaitu sudah dipasarkan langsung di beberapa departemen store di sana seperti di Plaza Singapura dan CK Tangs.