Untuk itu KemenKopUKM mengajak Austrex, sebuah perusahaan peternakan asal Australia untuk dapat menjalin kemitraan demi perbaikan tata kelola usaha/industri peternakan Indonesia.
Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah dalam kunjungannya ke Australia berharap kemitraan dan kerja sama dengan Austrex dapat membawa perubahan besar bagi tata kelola usaha/industri peternakan yang ada di Indonesia. Terlebih Austrex selama ini dikenal sebagai perusahaan ekspor ternak hidup terbesar di dunia yang beroperasi di berbagai negara, termasuk Rusia, China, Amerika Serikat, Uruguay, Turki, Indonesia, dan Selandia Baru.
Selain itu, Austrex yang sudah beroperasi lebih dari 50 tahun ini, membuktikan pola kerjasama dan pengelolaan hubungan dengan peternak dilakukan dengan sangat baik dan berkelanjutan.
“Dengan segala potensi yang ada, kami berharap melalui pertemuan ini dapat terjalin kemitraan yang kuat dengan Austrex dalam mengembangkan potensi wirausaha dan keberlanjutan industri peternakan di Indonesia,” kata Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM Siti Azizah dalam keterangan resminya, Rabu (26/06).
Siti Azizah menegaskan bahwa sektor peternakan berperan besar bagi terwujudnya program ketahanan pangan baik di lingkungan global atau bagi Indonesia. Untuk itu sektor ini perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak agar keberlangsungan dan keberlanjutan usaha/industri peternakan tetap dapat terjaga dengan baik.
“Sektor ini memerlukan perhatian khusus, terutama dalam konteks isu ketahanan pangan dunia saat ini,” kata Siti Azizah.
Dalam kunjungan kerja tersebut, Siti Azizah melihat cara model bisnis industri peternakan yang dilakukan oleh Austrex. Dia berharap sistem pengelolaan usaha/industri peternakan yang diterapkan Austrex dapat diadopsi di Indonesia sehingga lebih maju dan berkembang.
“Meskipun tantangan di Indonesia dan Australia berbeda, kami berharap dapat pengalaman dan belajar dari praktik baik Austrex dalam pengelolaan usaha peternakan untuk dikembangkan di Indonesia,” kata Siti Azizah.
Menurut Siti Azizah, untuk di mengembangkan sektor peternakan di Indonesia, para peternak lokal di berbagai daerah di Indonesia perlu didorong untuk membentuk atau bergabung dalam wadah koperasi. Dengan berkoperasi, para peternak kecil yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia, dapat lebih mudah mendapatkan akses pemasaran, pelatihan, serta pembiayaan yang terjangkau, salah satunya pembiayaan dari LPDB.
Lebih lanjut, Siti Azizah memaparkan beberapa program strategis yang dijalankan KemenKopUKM untuk mengembangkan koperasi dan UKM, termasuk di dalamnya bagi pelaku usaha sektor agribisnis, yaitu Rumah Produksi Bersama (Factory Sharing), Revitalisasi Pasar Rakyat, Modernisasi Koperasi, Pusat Pelayanan Usaha Terpadu (PLUT-KUMKM) dan Layanan Rumah Kemasan.
Kemudian KemenKopUKM juga memiliki target dalam mencapai target kenaikan rasio kewirausahaan nasional, melalui beberapa program pendampingan berkelanjutan berupa Entrepreneur Development, program peningkatan ekosistem kewirausahaan berupa Entrepreneur Hub, program kemudahan akses pembiayaan berupa Entrepreneur Financial Fiesta dan program pendataan lengkap KUMKM melalui Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) KUMKM.
Dengan berbagai program-program tersebut, Siti Azizah berharap sinergi dan kerja sama dengan Austrex dapat dilakukan di masa mendatang sehingga target membangun ketahanan pangan dan peningkatan rasio kewirausahaan nasional dapat tercapai.
“Dalam kesempatan ini, kami ingin mengajak Austrex untuk berkolaborasi dalam mengoptimalkan program Kementerian Koperasi dan UKM di Indonesia. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan daya saing sektor peternakan Indonesia,” kata Siti Azizah.