Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menggandeng Swiss Import Promotion Program (SIPPO) dalam upaya pengembangan ekspor UKM ke Swiss dan negara Eropa lainnya seiring dengan kick off kerja sama Indonesia-Swiss.
Pada kesempatan rangkaian acara tersebut, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM menggelar pertemuan yang berjudul “Pengembangan ekspor UKM: Strategi Menembus Pasar Swiss dan Eropa untuk Produk Natural Ingredients” yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat dan diselenggarakan secara hybrid beberapa hari lalu.
“Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing UKM Indonesia, di pasar global, khususnya di Swiss dan wilayah Eropa lainnya, serta membantu UKM dalam memenuhi permintaan pasar dunia terhadap produk natural ingredients yang saat ini menjadi sektor unggulan Indonesia, sekaligus persiapan untuk UMKM bertemu dengan pembeli global yang akan dilaksanakan tahun 2023,” kata Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman.
Pertemuan ini diikuti lebih dari 30 UKM binaan di sektor natural ingredients yang hadir secara fisik terdiri dari perusahaan kategori turunan kelapa, cokelat, kayu manis, lada, dan pala.
Hadir pada pertemuan ini baik secara daring maupun luring, Duta Besar RI di Swiss Muliaman Hadad, Atase Perdagangan RI di Jenewa Danang, Head of SECO Philipp Orga, SIPPO Head of Operation Monika Geissberger, Wakil Ketua KADIN Komite Bilateral Swiss Debora, Kepala Bidang Usaha Kecil Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Barat Tatang Suryana.
Sementara itu, Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Fixy menyampaikan bahwa pengembangan market intelligence merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan daya saing UKM saat ini khususnya untuk masuk ke dalam pasar global.
Setelah kegiatan ini berlangsung akan dilanjutkan dengan bentuk peningkatan kapasitas dari Kementerian Koperasi dan UKM yang kemudian akan menjadi pendamping para UKM untuk masuk ke pasar Eropa, dan rangkaian yang akan didukung dengan adanya business match making yang mempertemukan UKM Indonesia dengan buyer Swiss dan Eropa.
“Dengan pengembangan market intelligence dalam perluasan akses pasar produk UKM Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu alat dalam memperkuat kapabilitas UKM Indonesia sehingga terjadi peningkatan pengetahuan terkait persyaratan pasar, tren pasar, dan regulasi untuk masuk pasar Swiss dan Eropa pada umumnya,” kata Fixy.
SIPPO Head of Operation Monika Geissberger mengatakan SIPPO bekerja di 11 negara dan mencakup 6 sektor perdagangan kategori, ia juga menyatakan Indonesia merupakan mitra penting dalam hubungan perdagangan bilateral, khususnya dengan Swiss.
SIPPO memberdayakan BSO dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM dengan memberikan peningkatan kapasitas layanan teknis agar BSO untuk bisa memberikan pelayanan mengakses pasar yang mumpuni. Komitmen bersama ini memungkinkan terfasilitasnya UKM untuk mengakses pasar Eropa secara umum, dan Swiss khususnya.
“Perluasan akses pasar merupakan salah satu tantangan, dan dukungan dari BSO adalah salah satu inisiatif kerja sama yang dilakukan bersama-sama antara Indonesia dengan SIPPO,” kata Monika.
SIPPO merupakan organisasi independen internasional yang memiliki mandat dari Kementerian Koordinator Perekonomian Swiss (SECO) dalam kerangka kerja sama pembangunan ekonomi. Tujuan dari program SIPPO adalah untuk memperkuat dan mempermudah integrasi negara berkembang masuk dalam perdagangan dunia.