Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki memberikan apresiasi kepada MicroSave Consulting Indonesia (MSC) dan Financial Acces Initiative – New York University, (FAI-NYU) yang telah melakukan penelitian Small Firm Diaries (SFD) di Indonesia dalam rangka mengetahui hambatan pertumbuhan dan produktivitas usaha kecil.
“Penelitian seperti ini sangat diperlukan guna merancang program dan kebijakan tepat sasaran untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas UMKM,” kata MenKopUKM Teten Masduki, dalam sambutannya pada acara Pemaparan Temuan Awal Penelitian SFD oleh MCI dan FAI-NYU di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Menteri Teten mengatakan, UMKM adalah tulang punggung perekonomian nasional. Populasinya besar, mencapai 99,99% dari total pelaku usaha di Indonesia, menyerap 97% total tenaga kerja. Kontribusinya juga besar, 61% terhadap PDB Nasional dan 15,65% terhadap pendapatan ekspor nasional.
Indonesia mencatatkan pertumbuhan perekonomian yang cukup baik pada kuartal II-2022 tumbuh sebesar 5,44% YoY dan meningkat jauh dibandingkan mitra dagang utama Indonesia yaitu China dan Amerika Serikat yang tumbuh masing-masing hanya 0,4% dan 1,6%.
“Saya optimis perekonomian Indonesia akan mampu bertahan di 2023 dimana sektor konsumsi domestik akan menjadi penyangga ditengah ancaman resesi global. Untuk itu perlu sinergi dari stakeholder baik lintas kementerian ataupun swasta untuk menjaga UMKM agar ekonomi tetap stabil,” kata MenKopUKM.
Menteri Teten berharap tindak lanjut dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, salah satunya pembuatan dashboard KUMKM dalam angka dimana jumlah UMKM di Indonesia saat ini mencapai 65 juta unit. “Dengan dashboard kegiatan monitoring dan evaluating akan berlangsung lebih mudah,” ucap MenKopUKM.
Dengan dashboard pula diharapkan adanya penyederhanaan proses pencarian, dapat mendukung program prioritas KemenKopUKM “Basis Data Tunggal” dan dapat memanfaatkan data tersebut selama proses pembuatan kebijakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7/2021. “Kami menargetkan tahun ini dapat melakukan pendataan lengkap 10 juta UMKM, dengan di bantu kurang lebih 20 ribu enumerator pada 240 kab/kota di 34 provinsi,” ucap MenKopUKM.
Menurut Menteri Teten adopsi teknologi digital dan inovasi digital terbukti membuat UMKM mampu bertahan dan produktif selama pandemi. Ekonomi digital Indonesia di tahun 2020-2030 diperkirakan mencapai Rp4.531 triliun dan menjadi yang tebesar di Asia Tenggara.
Saat ini, sudah ada 20,2 juta UMKM masuk ke ekosistem digital dimana target di tahun 2024 adalah 30 juta UMKM. “Karena itu kita terus bekerjasama dalam pengembangan aplikasi digital yang dapat membantu UMKM hingga ke pelosok desa untuk bisa mengakses pasar digital,” kata Teten.
Selain itu, 1,6 juta produk UMKM yang on-boarding dalam e-katalog di tahun 2022 dalam rangka kebijakan afirmasi alokasi 40% belanja barang Pemerintah untuk produk UMKM.
“Hal ini sangat baik karena berkontribusi terhadap peningkatan menyerap 2 juta tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesat 1,85% tanpa ada investasi baru,” kata MenKopUKM.
Menteri Teten berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam membuat kebijakan dan praktik bagi semua pelaku yang berkepentingan untuk mengatasi tantangan UMKM.
Secara Komprehensif
Di Indonesia, penelitian ini melibatkan sekitar 165 usaha kecil yang tersebar di empat lokasi penelitian yaitu: Bandung, Medan, Yogyakarta-Magelang, dan Makassar. Pengumpulan data telah berlangsung sejak Desember 2021 dan dilaksanakan selama setahun penuh, dengan fokus pada identifikasi hambatan pertumbuhan (tenaga kerja, produktivitas, dan profitabilitas) yang dihadapi usaha kecil, termasuk usaha yang pemiliknya adalah perempuan. Usaha kecil yang diteliti antara lain terdiri dari sektor industri/ sektor manufaktur sederhana (light manufacturing), pengolahan pertanian (agri-processing), dan jasa (services).
Pada kesempatan yang sama Ira Aprilianti dari MSC yang bertugas sebagai Manajer Lapangan SFD di Indonesia, menjelaskan bahwa pemilihan lokasi penelitian dan responden dilakukan secara komprehensif melalui beberapa proses termasuk penelitian data sekunder, key informant interview, sensus, dan survei intake. “Untuk memilih responden, kami melakukan proses yang komprehensif untuk memastikan lokasi dan sample yang dipilih adalah yang paling sesuai dengan metode diaries,” kata Ira.
Pada presentasi yang disampaikan oleh FAI – NYU, data menunjukkan bahwa persentase pemilik usaha kecil yang lebih memilih menjaga stabilitas usaha, masih lebih tinggi dibandingkan mereka yang memilih mengambil risiko dengan menambah modal operasional untuk meningkatkan pertumbuhan.
Principal Investigator SFD dan Managing Director FAI – NYU Timothy Ogde memaparkan bahwa keinginan untuk menjaga stabilitas usaha yang lebih tinggi dibandingkan meningkatkan laba, konsisten dari seluruh data responden, termasuk segregasi berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
“Keengganan pemilik usaha untuk menambah modal operasional sebanding dengan tingginya kecenderungan untuk tidak mengambil pinjaman modal,” ucap Timothy.
Pada tahap ini, dapat disimpulkan bahwa lamanya usaha kecil berjalan dan besaran keuntungan tidak berkaitan erat dengan volatilitas yang dialami pekerja. Tetapi, tersedianya lapangan kerja secara konsisten setidaknya dapat memberikan proteksi bagi pekerja.
Sementara itu Country Director MSC Indonesia Grace Retnowati menyatakan, penelitian terhadap usaha kecil ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi berbasis bukti guna merumuskan kebijakan dan membagikan praktik-praktik terbaik bagi pemangku kepentingan dalam mengatasi tantangan UKM di masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.
“Pertemuan yang melibatkan sektor swasta ini juga diharapkan dapat berkontribusi mendorong peran sektor swasta dalam mengembangkan UKM baik berupa rancangan produk layanan keuangan (termasuk layanan keuangan digital-red) yang memenuhi kebutuhan likuiditas dan investasi usaha kecil agar dapat mengembangkan bisnis dalam hal pendapatan, produktivitas, lapangan kerja, dan upah yang dibayarkan,” kata Grace.