“No one left behind”, menjadi kalimat yang sering kali dimaknai untuk menggambarkan inklusifitas, menjadi pengingat dalam memastikan bahwa tidak ada satupun orang yang tertinggal, termasuk para penyandang disabilitas.

Begitupun dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyelenggarakan workshop sebagai rangkaian dari ajang “Karya Tanpa Batas” yang bertujuan untuk mendorong kemandirian ekonomi kepada para penyandang disibalitas dengan berwirausaha.

Workshop yang digelar di ruang Smesco Labo pada beberapa waktu lalu terdiri dari berbagai kelas inovatif, mulai dari kelas fesyen, home decor macrame, hingga kelas aplikasi Microsoft yang disediakan untuk menambah skill para penyandang disabilitas dalam berkarya, maupun kelas pemasaran produk melalui TikTok Shop, dan pengembangan bisnis impian di Tokopedia.

Zikra Afifah Salsabila, teman tuli yang juga merupakan seorang ibu rumah tangga dan berprofesi sebagai penjahit, mengaku sangat antusias dengan adanya workshop tersebut. Zika mengaku dirinya mengikuti kelas macrame karena penasaran dengan proses pembuatan salah satu jenis dekorasi rumahan kekinian tersebut.

“Pertama saya lihat di internet ada macrame yang bagus, jadi ingin belajar tapi bingung caranya, dan akhirnya saya sangat senang karena bisa menemukan workshop macrame di sini,” kata Zikra.

Sebagai seorang penjahit baju gamis dan hijab, Zikra mengaku ingin mengembangkan usahanya tersebut di bidang yang lebih luas namun masih tidak jauh dengan kerajinan tangan. Oleh karena itu, Zikra berharap bisa membuka usaha dekorasi macrame suatu saat nanti.

“Saya mau terus belajar, nanti kalau sudah bisa saya mau ikut pameran dan memasarkan hasil kerajinan tangan saya, baik hasil jahitan baju saya maupun macrame yang saya buat, karena saya jarang lihat ada macrame di pameran,” kata Zikra.

Di tempat yang sama, Maisty Akhdaniyah yang merupakan seorang tuna daksa sekaligus model, juga mengikuti kelas fesyen. Maisty sangat senang karena bisa mengetahui lebih jauh terkait industri fesyen khususnya untuk proses desainnya. Pada kelas ini, para peserta diberikan materi desain fesyen secara langsung oleh desainer kenamaan Indonesia Musa Widyatmodjo.

“Saya hobby di bidang fesyen, jadi saya sangat senang mengikuti workshop ini karena bisa tahu dan merasakan secara langsung menjadi seorang desainer fesyen. Selanjutnya saya ingin meneruskan kemampuan saya ini,” ujar Maisty.

Kelas lain yang tidak kalah menarik adalah workshop bertajuk Cuan dari TiktTok Shop yang disampaikan langsung oleh pemilik DekarDekor.com yang juga seorang penyandang disabilitas tuna netra Muhammad Ikhwan Tariqo.

Ikhwan menyampaikan terima kasihnya kepada KemenKopUKM karena telah diberikan wadah untuk berbagi ilmu dengan teman disabilitas, khususnya kemampuan untuk memanfaatkan platform digital media sosial TikTok agar dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah.

“Terima kasih kepada KemenKopUKM dan Smesco karena sudah memfasilitasi kebutuhan teman-teman disabilitas. Pada materi kali ini saya berbagi cara mendapatkan penghasilan melalui TikTok dengan banyak cara, mulai dari TikTok Shop, streamer, menjadi afiliator, hingga mempelajari algoritmanya,” kata Ikhwan.

Ikhwan berharap, para penyandang disabilitas bisa optimal dalam memanfaatkan media sosial TikTok, bukan hanya sebagai sarana untuk menyalurkan bakat dan berbagi informasi, tetapi juga untuk menambah penghasilan.

“Wirausaha adalah jalan agar teman-teman disabilitas bisa mandiri, jangan berpangku tangan, karena dengan berwirausaha kita tidak hanya berpenghasilan, tapi juga bisa membantu sesama teman disabilitas atau bahkan non disabilitas,” ujar Ikhwan.

Workshop tersebut, merupakan rangkaian acara bertajuk “Karya Tanpa Batas”, momentum yang diinisiasi dari hasil kerja sama antara Organisasi Aksi Solodaritas Era-Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM), Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Yayasan Perempuan Tangguh Mandiri Indonesia (PTI), dan Smesco Indonesia, yang dirajut untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas tidak memiliki limitasi dalam memaksimalkan produktivitasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *