Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki berdialog dengan para mahasiswa pada acara Young Entrepreneur Wanted di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (13/10), membahas segala hal terkait dunia wirausaha di kalangan mahasiswa.

“Siapa yang ingin menjadi pengusaha?” Tanya MenKopUKM Teten Masduki dalam acara dialog tersebut.

Hampir semua mahasiswa yang hadir di Gedung Serba Guna Kampus UIN Surakarta pun mengacungkan tangannya ke atas.

“Itu pilihan tepat. Memang, ada survei menyebutkan bahwa 73 persen anak muda saat ini berkeinginan menjadi seorang pengusaha,” ucap MenKopUKM.

Beberapa mahasiswa yang sudah memiliki usaha pun unjuk gigi di hadapan MenKopUKM dan Staf Khusus Presiden RI Putri Tanjung. Ada mahasiswa bernama Fela yang memiliki usaha konveksi dengan omzet mencapai Rp10 juta perbulan.

“Pada 2018, saya melakukan riset kebutuhan mahasiswa terlebih dahulu sebelum berbisnis konveksi. Hasilnya, mereka butuh pakaian seperti jaket, kaos, dan sebagainya. Kebetulan belum ada yang bisnis itu, maka saya buka usaha konveksi dengan pangsa pasar teman-teman sendiri,” kata Fela.

Dalam perkembangan usahanya, Fela sudah bisa merambah ke instansi-instansi pemerintahan di Sukoharjo, Klaten, dan Solo. “Ke depan, saya ingin teman-teman menjadi reseller dari produk saya,” ajak Fela.

Selain Fela, ada mahasiswa lain yang berbisnis busana Muslim seperti jilbab, dress, dan lain-lain. Omzetnya sudah mencapai Rp50 juta sebulan.

Sedangkan Husen, seorang mahasiswa lainnya, melihat peluang dalam bisnis belut sehingga ia menjadi agen belut untuk memenuhi kebutuhan industri olahan berbahan baku belut. Misalnya, bahan untuk sambal belut khas Klaten. “Omzet saya berkisar Rp5 juta hingga Rp10 juta per bulan,” kata Husen.

Mahasiswa lainnya, ada yang berbisnis kue pancong di lokasi strategis depan Kampus UIN, dengan omzet sebesar Rp45 juta sebulan. “Promosi dari mulut ke mulut ditambah dengan aktif berorganisasi,” kata dia.

Dengan menjadi pengusaha, kata Menteri Teten, para mahasiswa kelak tidak lagi mencari pekerjaan, melainkan sudah mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. “Sebuah negara disebut sebagai negara maju bila memiliki rasio kewirausahaan minimal 4 persen. Indonesia baru mencapai 3,47 persen,” ujar MenKopUKM.

Menteri Teten menunjuk negara seperti Singapura dan AS yang tingkat rasio kewirausahaannya berkisar 10-12 persen. “Kita sedang menuju kesana dengan program menciptakan 1 juta wirausaha mapan baru,” kata MenKopUKM.

Oleh karena itu, Menteri Teten mendorong UIN Surakarta untuk membentuk inkubator bisnis bagi kalangan mahasiswa. Tugasnya, melakukan pendampingan dan mentoring untuk rencana bisnis yang akan dilakukan para mahasiswa.

“Saya juga mendorong untuk masuk ke ekosistem digital. Tak hanya pasarnya, tapi juga operasional usahanya termasuk laporan keuangan secara digital,” kata MenKopUKM.

Butuh Proses

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Presiden RI Putri Tanjung menegaskan bahwa tidak semua orang bisa menjadi pengusaha. “Butuh kesabaran lebih dan pola pikir untuk menjadi pengusaha. Butuh proses yang tidak ringan,” ucap Putri.

Dan untuk menjadi pengusaha, Putri memiliki beberapa tips. Intinya, harus punya pola pikir entrepreneurship, sehingga bisa berdaya saing global. “Berpikir kreatif, inovasi, dan membangun networking yang luas,” kata Putri.

Lebih dari itu, kata Putri, untuk menjadi pengusaha juga harus memiliki niat yang baik, mampu melihat dan menciptakan peluang, serta harus paham pasar yang menjadi targetnya. “Arah bisnisnya harus jelas. Bila perlu, memiliki skill set untuk menjadi solusi bagi permasalahan orang lain,” kata Putri.

Putri meyakinkan para mahasiswa bahwa setiap orang memiliki cerita dan proses masing-masing. Tidak semua orang sama. “Kita harus membangun rasa percaya diri. Dan dengan luasnya networking, itu sudah menjadi model bisnis yang bagus untuk berkembang,” ucap Putri.

Sementara Rektor UIN Raden Mas Said Prof Dr H Mudofir Abdullah menyatakan bahwa terbukti negara hadir di kampus untuk memperkuat literasi pentingnya anak muda berdaya saing. “Dengan perubahan zaman yang begitu cepat, menjadi enterpreneur adalah pilihan tepat,” kata Rektor UIN Surakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *